Kamis, 31 Mei 2012

kesembuhan dari muzizat ya allah

ya allah berikan hamba mu keshatan untk mengerjai tgas and smsteran nich,,,,

Kumpulan Cerpen



PERADILAN RAKYAT
Cerpen Putu Wijaya

Seorang pengacara muda yang cemerlang mengunjungi ayahnya, seorang pengacara senior yang sangat dihormati oleh para penegak hukum.

"Tapi aku datang tidak sebagai putramu," kata pengacara muda itu, "aku datang ke mari sebagai seorang pengacara muda yang ingin menegakkan keadilan di negeri yang sedang kacau ini."

Pengacara tua yang bercambang dan jenggot memutih itu, tidak terkejut. Ia menatap putranya dari kursi rodanya, lalu menjawab dengan suara yang tenang dan agung.

"Apa yang ingin kamu tentang, anak muda?"
Pengacara muda tertegun. "Ayahanda bertanya kepadaku?"
"Ya, kepada kamu, bukan sebagai putraku, tetapi kamu sebagai ujung
tombak pencarian keadilan di negeri yang sedang dicabik-cabik korupsi ini."
Pengacara muda itu tersenyum.
"Baik, kalau begitu, Anda mengerti maksudku."

"Tentu saja. Aku juga pernah muda seperti kamu. Dan aku juga berani, kalau perlu kurang ajar. Aku pisahkan antara urusan keluarga dan kepentingan pribadi dengan perjuangan penegakan keadilan. Tidak seperti para pengacara sekarang yang kebanyakan berdagang. Bahkan tidak seperti para elit dan cendekiawan yang cemerlang ketika masih di luar kekuasaan, namun menjadi lebih buas dan keji ketika memperoleh kesempatan untuk menginjak-injak keadilan dan kebenaran yang dulu diberhalakannya. Kamu pasti tidak terlalu jauh dari keadaanku waktu masih muda. Kamu sudah membaca riwayat hidupku yang belum lama ini ditulis di sebuah kampus di luar negeri bukan? Mereka menyebutku Singa Lapar. Aku memang tidak pernah berhenti memburu pencuri-pencuri keadilan yang bersarang di lembaga-lembaga tinggi dan gedung-gedung bertingkat. Merekalah yang sudah membuat kejahatan menjadi budaya di negeri ini. Kamu bisa banyak belajar dari buku itu."

Pengacara muda itu tersenyum. Ia mengangkat dagunya, mencoba memandang pejuang keadilan yang kini seperti macan ompong itu, meskipun sisa-sisa keperkasaannya masih terasa.

"Aku tidak datang untuk menentang atau memuji Anda. Anda dengan seluruh sejarah Anda memang terlalu besar untuk dibicarakan. Meskipun bukan bebas dari kritik. Aku punya sederetan koreksi terhadap kebijakan-kebijakan yang sudah Anda lakukan. Dan aku terlalu kecil untuk menentang bahkan juga terlalu tak pantas untuk memujimu. Anda sudah tidak memerlukan cercaan atau pujian lagi. Karena kau bukan hanya penegak keadilan yang bersih, kau yang selalu berhasil dan sempurna, tetapi kau juga adalah keadilan itu sendiri."

Pengacara tua itu meringis.
­“"Aku suka kau menyebut dirimu aku dan memanggilku kau. Berarti kita bisa bicara sungguh-sungguh sebagai profesional, Pemburu Keadilan."
"Itu semua juga tidak lepas dari hasil gemblenganmu yang tidak kenal ampun!"
Pengacara tua itu tertawa.
"Kau sudah mulai lagi dengan puji-pujianmu!" potong pengacara tua.
Pengacara muda terkejut. Ia tersadar pada kekeliruannya lalu minta maaf.

"Tidak apa. Jangan surut. Katakan saja apa yang hendak kamu katakan," sambung pengacara tua menenangkan, sembari mengangkat tangan, menikmati juga pujian itu, "jangan membatasi dirimu sendiri. Jangan membunuh diri dengan diskripsi-diskripsi yang akan menjebak kamu ke dalam doktrin-doktrin beku, mengalir sajalah sewajarnya bagaikan mata air, bagai suara alam, karena kamu sangat diperlukan oleh bangsamu ini."

Pengacara muda diam beberapa lama untuk merumuskan diri. Lalu ia meneruskan ucapannya dengan lebih tenang.

"Aku datang kemari ingin mendengar suaramu. Aku mau berdialog."
"Baik. Mulailah. Berbicaralah sebebas-bebasnya."

"Terima kasih. Begini. Belum lama ini negara menugaskan aku untuk membela seorang penjahat besar, yang sepantasnya mendapat hukuman mati. Pihak keluarga pun datang dengan gembira ke rumahku untuk mengungkapkan kebahagiannya, bahwa pada akhirnya negara cukup adil, karena memberikan seorang pembela kelas satu untuk mereka. Tetapi aku tolak mentah-mentah. Kenapa? Karena aku yakin, negara tidak benar-benar menugaskan aku untuk membelanya. Negara hanya ingin mempertunjukkan sebuah teater spektakuler, bahwa di negeri yang sangat tercela hukumnya ini, sudah ada kebangkitan baru. Penjahat yang paling kejam, sudah diberikan seorang pembela yang perkasa seperti Mike Tyson, itu bukan istilahku, aku pinjam dari apa yang diobral para pengamat keadilan di koran untuk semua sepak-terjangku, sebab aku selalu berhasil memenangkan semua perkara yang aku tangani.

Aku ingin berkata tidak kepada negara, karena pencarian keadilan tak boleh menjadi sebuah teater, tetapi mutlak hanya pencarian keadilan yang kalau perlu dingin danbeku. Tapi negara terus juga mendesak dengan berbagai cara supaya tugas itu aku terima. Di situ aku mulai berpikir. Tak mungkin semua itu tanpa alasan. Lalu aku melakukan investigasi yang mendalam dan kutemukan faktanya. Walhasil, kesimpulanku, negara sudah memainkan sandiwara. Negara ingin menunjukkan kepada rakyat dan dunia, bahwa kejahatan dibela oleh siapa pun, tetap kejahatan. Bila negara tetap dapat menjebloskan bangsat itu sampai ke titik terakhirnya hukuman tembak mati, walaupun sudah dibela oleh tim pembela seperti aku, maka negara akan mendapatkan kemenangan ganda, karena kemenangan itu pastilah kemenangan yang telak dan bersih, karena aku yang menjadi jaminannya. Negara hendak menjadikan aku sebagai pecundang. Dan itulah yang aku tentang.

Negara harusnya percaya bahwa menegakkan keadilan tidak bisa lain harus dengan keadilan yang bersih, sebagaimana yang sudah Anda lakukan selama ini."

Pengacara muda itu berhenti sebentar untuk memberikan waktu pengacara senior itu menyimak. Kemudian ia melanjutkan.

"Tapi aku datang kemari bukan untuk minta pertimbanganmu, apakah keputusanku untuk menolak itu tepat atau tidak. Aku datang kemari karena setelah negara menerima baik penolakanku, bajingan itu sendiri datang ke tempat kediamanku dan meminta dengan hormat supaya aku bersedia untuk membelanya."

"Lalu kamu terima?" potong pengacara tua itu tiba-tiba.
Pengacara muda itu terkejut. Ia menatap pengacara tua itu dengan heran.
"Bagaimana Anda tahu?"

Pengacara tua mengelus jenggotnya dan mengangkat matanya melihat ke tempat yang jauh. Sebentar saja, tapi seakan ia sudah mengarungi jarak ribuan kilometer. Sambil menghela napas kemudian ia berkata: "Sebab aku kenal siapa kamu."

Pengacara muda sekarang menarik napas panjang.
"Ya aku menerimanya, sebab aku seorang profesional. Sebagai seorang pengacara aku tidak bisa menolak siapa pun orangnya yang meminta agar aku melaksanakan kewajibanku sebagai pembela. Sebagai pembela, aku mengabdi kepada mereka yang membutuhkan keahlianku untuk membantu pengadilan menjalankan proses peradilan sehingga tercapai keputusan yang seadil-adilnya."

Pengacara tua mengangguk-anggukkan kepala tanda mengerti.
"Jadi itu yang ingin kamu tanyakan?"
"Antara lain."
"Kalau begitu kau sudah mendapatkan jawabanku."
Pengacara muda tertegun. Ia menatap, mencoba mengetahui apa yang ada di dalam lubuk hati orang tua itu.
"Jadi langkahku sudah benar?"
Orang tua itu kembali mengelus janggutnya.

"Jangan dulu mempersoalkan kebenaran. Tapi kau telah menunjukkan dirimu sebagai profesional. Kau tolak tawaran negara, sebab di balik tawaran itu tidak hanya ada usaha pengejaran pada kebenaran dan penegakan keadilan sebagaimana yang kau kejar dalam profesimu sebagai ahli hukum, tetapi di situ sudah ada tujuan-tujuan politik. Namun, tawaran yang sama dari seorang penjahat, malah kau terima baik, tak peduli orang itu orang yang pantas ditembak mati, karena sebagai profesional kau tak bisa menolak mereka yang minta tolong agar kamu membelanya dari praktik-praktik pengadilan yang kotor untuk menemukan keadilan yang paling tepat. Asal semua itu dilakukannya tanpa ancaman dan tanpa sogokan uang! Kau tidak membelanya karena ketakutan, bukan?"
"Tidak! Sama sekali tidak!"
"Bukan juga karena uang?!"
"Bukan!"
"Lalu karena apa?"
Pengacara muda itu tersenyum.
"Karena aku akan membelanya."
"Supaya dia menang?"

"Tidak ada kemenangan di dalam pemburuan keadilan. Yang ada hanya usaha untuk mendekati apa yang lebih benar. Sebab kebenaran sejati, kebenaran yang paling benar mungkin hanya mimpi kita yang tak akan pernah tercapai. Kalah-menang bukan masalah lagi. Upaya untuk mengejar itu yang paling penting. Demi memuliakan proses itulah, aku menerimanya sebagai klienku."
Pengacara tua termenung.
"Apa jawabanku salah?"
Orang tua itu menggeleng.

"Seperti yang kamu katakan tadi, salah atau benar juga tidak menjadi persoalan. Hanya ada kemungkinan kalau kamu membelanya, kamu akan berhasil keluar sebagai pemenang."

"Jangan meremehkan jaksa-jaksa yang diangkat oleh negara. Aku dengar sebuah tim yang sangat tangguh akan diturunkan."

"Tapi kamu akan menang."
"Perkaranya saja belum mulai, bagaimana bisa tahu aku akan menang."

"Sudah bertahun-tahun aku hidup sebagai pengacara. Keputusan sudah bisa dibaca walaupun sidang belum mulai. Bukan karena materi perkara itu, tetapi karena soal-soal sampingan. Kamu terlalu besar untuk kalah saat ini."

Pengacara muda itu tertawa kecil.
"Itu pujian atau peringatan?"
"Pujian."
"Asal Anda jujur saja."
"Aku jujur."
"Betul?"
"Betul!"

Pengacara muda itu tersenyum dan manggut-manggut. Yang tua memicingkan matanya dan mulai menembak lagi.
"Tapi kamu menerima membela penjahat itu, bukan karena takut, bukan?"

"Bukan! Kenapa mesti takut?!"
"Mereka tidak mengancam kamu?"
"Mengacam bagaimana?"
"Jumlah uang yang terlalu besar, pada akhirnya juga adalah sebuah ancaman. Dia tidak memberikan angka-angka?"

"Tidak."
Pengacara tua itu terkejut.
"Sama sekali tak dibicarakan berapa mereka akan membayarmu?"
"Tidak."
"Wah! Itu tidak profesional!"
Pengacara muda itu tertawa.
"Aku tak pernah mencari uang dari kesusahan orang!"
"Tapi bagaimana kalau dia sampai menang?"
Pengacara muda itu terdiam.
"Bagaimana kalau dia sampai menang?"
"Negara akan mendapat pelajaran penting. Jangan main-main dengan kejahatan!"
"Jadi kamu akan memenangkan perkara itu?"
Pengacara muda itu tak menjawab.
"Berarti ya!"
"Ya. Aku akan memenangkannya dan aku akan menang!"

Orang tua itu terkejut. Ia merebahkan tubuhnya bersandar. Kedua tangannya mengurut dada. Ketika yang muda hendak bicara lagi, ia mengangkat tangannya.

"Tak usah kamu ulangi lagi, bahwa kamu melakukan itu bukan karena takut, bukan karena kamu disogok."
"Betul. Ia minta tolong, tanpa ancaman dan tanpa sogokan. Aku tidak takut."

"Dan kamu menerima tanpa harapan akan mendapatkan balas jasa atau perlindungan balik kelak kalau kamu perlukan, juga bukan karena kamu ingin memburu publikasi dan bintang-bintang penghargaan dari organisasi kemanusiaan di mancanegara yang benci negaramu, bukan?"

"Betul."
"Kalau begitu, pulanglah anak muda. Tak perlu kamu bimbang.

Keputusanmu sudah tepat. Menegakkan hukum selalu dirongrong oleh berbagai tuduhan, seakan-akan kamu sudah memiliki pamrih di luar dari pengejaran keadilan dan kebenaran. Tetapi semua rongrongan itu hanya akan menambah pujian untukmu kelak, kalau kamu mampu terus mendengarkan suara hati nuranimu sebagai penegak hukum yang profesional."

Pengacara muda itu ingin menjawab, tetapi pengacara tua tidak memberikan kesempatan.
"Aku kira tak ada yang perlu dibahas lagi. Sudah jelas. Lebih baik kamu pulang sekarang. Biarkan aku bertemu dengan putraku, sebab aku sudah sangat rindu kepada dia."

Pengacara muda itu jadi amat terharu. Ia berdiri hendak memeluk ayahnya. Tetapi orang tua itu mengangkat tangan dan memperingatkan dengan suara yang serak. Nampaknya sudah lelah dan kesakitan.

"Pulanglah sekarang. Laksanakan tugasmu sebagai seorang profesional."
"Tapi..."

Pengacara tua itu menutupkan matanya, lalu menyandarkan punggungnya ke kursi. Sekretarisnya yang jelita, kemudian menyelimuti tubuhnya. Setelah itu wanita itu menoleh kepada pengacara muda.
"Maaf, saya kira pertemuan harus diakhiri di sini, Pak. Beliau perlu banyak beristirahat. Selamat malam."

Entah karena luluh oleh senyum di bibir wanita yang memiliki mata yang sangat indah itu, pengacara muda itu tak mampu lagi menolak. Ia memandang sekali lagi orang tua itu dengan segala hormat dan cintanya. Lalu ia mendekatkan mulutnya ke telinga wanita itu, agar suaranya jangan sampai membangunkan orang tua itu dan berbisik.

"Katakan kepada ayahanda, bahwa bukti-bukti yang sempat dikumpulkan oleh negara terlalu sedikit dan lemah. Peradilan ini terlalu tergesa-gesa. Aku akan memenangkan perkara ini dan itu berarti akan membebaskan bajingan yang ditakuti dan dikutuk oleh seluruh rakyat di negeri ini untuk terbang lepas kembali seperti burung di udara. Dan semoga itu akan membuat negeri kita ini menjadi lebih dewasa secepatnya. Kalau tidak, kita akan menjadi bangsa yang lalai."

Apa yang dibisikkan pengacara muda itu kemudian menjadi kenyataan. Dengan gemilang dan mudah ia mempecundangi negara di pengadilan dan memerdekaan kembali raja penjahat itu. Bangsat itu tertawa terkekeh-kekeh. Ia merayakan kemenangannya dengan pesta kembang api semalam suntuk, lalu meloncat ke mancanegara, tak mungkin dijamah lagi. Rakyat pun marah. Mereka terbakar dan mengalir bagai lava panas ke jalanan, menyerbu dengan yel-yel dan poster-poster raksasa. Gedung pengadilan diserbu dan dibakar. Hakimnya diburu-buru. Pengacara muda itu diculik, disiksa dan akhirnya baru dikembalikan sesudah jadi mayat. Tetapi itu pun belum cukup. Rakyat terus mengaum dan hendak menggulingkan pemerintahan yang sah.

Pengacara tua itu terpagut di kursi rodanya. Sementara sekretaris jelitanya membacakan berita-berita keganasan yang merebak di seluruh wilayah negara dengan suaranya yang empuk, air mata menetes di pipi pengacara besar itu.

"Setelah kau datang sebagai seorang pengacara muda yang gemilang dan meminta aku berbicara sebagai profesional, anakku," rintihnya dengan amat sedih, "Aku terus membuka pintu dan mengharapkan kau datang lagi kepadaku sebagai seorang putra. Bukankah sudah aku ingatkan, aku rindu kepada putraku. Lupakah kamu bahwa kamu bukan saja seorang profesional, tetapi juga seorang putra dari ayahmu. Tak inginkah kau mendengar apa kata seorang ayah kepada putranya, kalau berhadapan dengan sebuah perkara, di mana seorang penjahat besar yang terbebaskan akan menyulut peradilan rakyat seperti bencana yang melanda negeri kita sekarang ini?" ***

Cirendeu 1-3-03
posted by imponk | 3:32:00 AM

Cinta Tak Bertuan
Cerpen Dewi Lestari

Sepanjang hidup, kita seolah tak berhenti berusaha menaklukkan cinta. Cinta harus satu, cinta tak boleh dua, cinta maksimal empat, dan seterusnya. Jika cinta matematis, pada angka berapakah ia pas dan pada angka berapakah ia bablas? Dan kita tak putus merumuskan cinta, padahal mungkin saja cinta yang merumuskan kita semua. Infinit merangkul yang finit. Hidup berpasangan katanya sesuai dengan alam, seperti buaya yang hidup monogami tapi ironisnya malah menjadi ikon ketidaksetiaan.

Namun terkadang kita melihat seekor jantan mengasuh sekian banyak betina sekaligus, berparade seperti rombongan sirkus. Dan itu pun ada di alam. Lalu ke mana manusia harus bercermin? Sebagaimana semua terpecah menjadi dua kutub dalam alam dualitas ini, terpecahlah mereka yang percaya cinta multipel pastilah sakit dan khianat dengan mereka yang percaya cinta bisa dibagi selama bijak dan bajik. Yang satu bicara hukum publik dan nurani, yang satu bicara hukum agama dan kisah hidup orang besar. Yang satu mengusung komisi anti itu-ini, yang satu menghadiahi piala poligami.

Merupakan tantangan setiap kita untuk meniti tali keseimbangan antara intuisi individu dan konsensus sosial. Sukar bagi kita untuk menentukan dasar neraca yang mensponsori segala pertimbangan kita: apakah ini urusan salah dan benar, atau sebetulnya cocok dan tak cocok? Jika urusannya yang pertama, selamanya kita terjebak dalam debat kusir karena setiap orang akan merasa yang paling benar. Jika urusannya yang kedua, masalah akan lebih cepat selesai.

Kecocokan saya bukan berarti kecocokan Anda, dan sebaliknya. Namun seperti yang kita amati dan alami, lebih sering kita memilih yang pertama agar berputar dalam debat yang tak kunjung selesai. Semalam, saya menerima sms massal yang mengatasnamakan ibu-ibu seluruh Indonesia yang mengungkapkan kekecewaannya pada seorang tokoh yang berpoligami. Pada malam yang sama, sahabat saya menelepon dan kami mengobrolkan konsep poliamori (hubungan cinta lebih dari satu). Alhasil, saya terbawa untuk merenungi beberapa hal sekaligus.

Pertama, orang yang kita kenal sebatas persona memang hanya kita miliki personanya saja. Persona adalah lapisan informasi paling rapuh, pengenalan paling dangkal, dan oleh karena itu paling cepat musnah. Orang yang tidak kita kenal paling gampang untuk dijustifikasi ketimbang orang yang kita kenal dekat.

Kedua, apakah monogami-poligami dan monoamori-poliamori ini adalah sekat-sekat tegas yang menentangkan nurani versus ego dan 'setia' versus 'buaya'? Mungkinkah dikotomi itu sesungguhnya proses cair yang senantiasa berubah sesuai tahapan yang dijalani seseorang, ketimbang karakteristik baku yang harus dipilih atau distigmakan sekali seumur hidup? Sungguh tidak mudah menjadi seseorang yang personanya diklaim sebagai milik umat banyak. Persona seperti secabik tisu yang dengan mudah dienyahkan, diganti dengan tisu baru lainnya yang dianggap lebih bagus dan benar. Banyak dari kita bermimpi dan berjuang mati-matian agar secabik diri kita dimiliki banyak orang.

Hidup demikian memang sepintas menyenangkan dan menguntungkan, meski konsekuensinya titian tali yang kita jalani semakin tipis. Ilmu keseimbangan kita harus terus diperdalam. Tali itu harus dijalani ekstra hati-hati. Tidak mudah juga menjadi seseorang yang sangat teguh berpegang pada persona orang lain, pada mereka yang dianggap tokoh, teladan, panutan. Status selebriti bisa ada karena persona yang dipabrikasi massal lewat media lalu 'selebaran'-nya menjumpai kita, dan kita pungut. Kita mengoleksi persona mereka seperti pemungut selebaran. Terkadang kita lupa, pengenalan dan pemahaman kita hanya sebatas iklan yang tertera. Oleh karenanya justifikasi yang kita lakukan seringnya bagai memecah air dengan batu; sementara dan percuma saja. Tak terasa efeknya bagi hidup kita, tak juga bagi hidup yang bersangkutan.

Kita yang kecewa barangkali bukan karena cinta telah diduakan. Cinta tak bertuan. Kitalah abdiabdi cinta, mengalir dalam arusnya. Persepsi kitalah yang telah diduakan. Lalu kita merasa sakit, kita merasa dikhianati. Namun tengoklah apa yang sungguh-sungguh kita pegang selama ini. Perlukah kita ikut berteriak jika yang kita punya hanyalah selebarannya saja, bukan barangnya? Barangkali ini momen tepat untuk mengevaluasi aneka selebaran yang telah kita kumpulkan dan kita percayai mati-matian. Betapa seringnya kita hanyut dalam kecewa, padahal persepsi kitalah yang dikecewakan. Betapa seringnya kita menyalahkan pihak lain, padahal ketakberdayaan kita sendirilah yang ingin kita salahkan. Apapun persepsi kita atas cinta, tak ada salahnya bersiap untuk senantiasa berubah. Jika hidup ini cair maka wadah hanyalah cara kita untuk memahami yang tak terpahami. Banyak cara untuk mewadahi air, finit mencoba merangkul infinit, tapi wadah bukan segalanya. Pelajaran yang dikandungnyalah yang tak berbatas dan selamanya tak bertuan, yang satu saat menghanyutkan dan melumerkan carik-carik selebaran yang kita puja. Siap tak siap, rela tak rela.






























CINTAMU ANUGRAHKU
Cerpen Irfan Sona

Aku nur laila sofaniyyah, sekarang aku umur 17 tahun,umur17 tahun adalah umur yang sangat berharga bagiku sebab disinilah aku harus mencari jati diriku yang sebenarnya, setelah aku lulus dari SMA aku tak tahu mengapa aku dikirim oleh kedua orang tuaku ke salah satu ma’had disemarang,awalnya aku memberontak dengan keputsan kedua orang tuaku itu, tapi aku mulai berfikir dewasa munyikapi keputusan kedua orang tuaku itu mereka pasti menginginkan yang terbaik buat aku.

Dan aku pun berangkat meski ada rasa keterpaksaan dalam hatiku, di sana yang aku melihat banyak segerombolan makhluk tuhan dengan busana yang tertup dan menyandang kitab-kitabnya.hatiku mulai bergetar dan keingin untuk menjadi sepeti mereka,tapi dalam jiwaku masih tertanam glamornya busana kota Jakarta yang begitu trendy dan menarik.

Setelah aku di pertemukan dengan seseorang yang sebelumnya aku tidak pernah mengenalnya  ternyata dia adalah seorang ustadz,yaitu ustasz farrid yang menjadi pimpinan di pondok ini,akupun tercengang saat pertama kali ia memeperkenalkan dirinya dengan aura kewibawaan dan tutur kata yang lembut sebaba baru kali ini aku melihat ada ustadz yang masih muda dan ganteng sekali,aku duduk di apit kedua orang tuaku  dengan rasa yang awam yang tak pernah aku rasakan.

Selepas aku dan kedua orang tuaku berkenalan dan berbincang-bincang, akupun di antrkan oleh salah satu santri wati di salah satu kamar yang tidak begitu luas dan pengap,mulai dari situ aku berfikir bagaimanakah mereka dapat hidup dengan hal seperti ini?,apa yang mereka dapatkan dari sini?,akan jadi apa mereka setelah keluar dari sini? 

Tapi tidak berapa lama aku disana aku mulai sedikit mendapatkan beberapa titik terang dari pertanyaan-pertanyaanku dulu. Aku mulai belajar sedikit demi-sedikit untuk mendalami ilmu agama dan aku mulai nyaman untuk melanjutkan studyku di situ,tapi tentang rasa aneh yang aku rasakan saat aku melihat ustadz farrid aku tak pernah menemukan jawaban yang pasti karena aku takut mengatakan jika aku jatuh cinta,ketakutanku tidak lain hanya karena perbedaan di antara kita tapi aku merasakan sinyal-sinyal cinta darinya setiap aku melihatnya dia selalu aneh dan seperti menutup-nutupi sesuatu,saat dia menatapku aku tak pernah berani untuk membalas tatapannya,aku merasa canggung dan hatiku berdetak dengan dahsyatnya sampai-sampai raut wajah ini merah merona.

Aku sangat mengaguminya dan di setiap pengajiannya aku dapat di pastikan tidak pernah absent dan slalu di barisan terdepan,dan ustadz farrid pun tak pernah berani untuk berhadapan denganku,di suatu malam setelah aku dan teman-temanku sholat isya’ tak prernah ku duga bahwa ustadz farrid menyapaku dan kitapun akhirnya berbicara dan tidak lama kemudian ia mengeluarkan buku berwarna biru,ternyata itu adalah buku tentang kumpulan-kumpulan wanita sholikhah,aku tak mengeerti apa yang di maksutkanya dengan memberikanku buku seperti itu,tapi tidak lama kita pun saling berpamitan untuk ke tempat masing-masing.
Di dalam kamarku aku buka buku tersebut dan membacanya setelah beberapa halaman aku membacanya aku menemukan selembar kertas putih yang bernodakan tinta hiatam tertuliskan
Untukmu ya ukhti jamilah

Aku tuliskan sekata-dua kata hanya untuk memenuhi keinginan hatiku,dalam buku ini aku harapkan seorang wanita yang sama yang akan menjadi mishbakhul qolbi dan langit itu terasa terang saat cahaya yang terang meneranginya,dan disetiap langkahku aku inginkan ada cahaya yang menerangiku tanpa pamrih dan ikhlas menjalaninya.ku bungkam mulut ini untuk menahan rayuan syaiton tuk melindungi cahayaku dari rayuannya, sebab cahayaku masih mudah terkena angin-angin hitam,ku sadarka cahayaku dengan lisanku ku lindunganya dengan do’aku.

Cahayaku selalu kutititpkan dengan-nya agar dia yang menjaga cahayaku agar tak redup dan tak sirna akan buainnya  .jadilah cahaya itu untukku….sesungguhnya aku mencintai cahaya itu tidak lain hanya karena ALLAH.
Dariku…..farrid hidayat.

Ku rasakn kebahagiyaan yang begitu besar dalam hatiku, dan aku ber janji akan menjadi cahaya yang seperti dia ingikan.tapi aku tak pernah berani membalas surat darinnya karena aku rasa hanya  dengan senyuman manisku dia pasti bisa merasakn getar-getar cinta dalam hatiku.


Beberapa bulan kemudian ……
Hatiku hancur terasa tersayat-sayat oleh garangnya pedang nabi sulaiman saat aku mndengar bahwa ustadz farrid di jodohkan dengan saudara almarhum room sepuh yang dari tegal,aku merasakan kehilangan dan terasa apa yang aku lakukan untuk merubah keburukan dalam kehidupanku sia-sia tak da guna.
Di sore harinya aku di temui oleh seorang santri yang bernama latifah dia adalah orang dzalem yang selama ini mengetahui seluk beluk akan kehidupan ustadz farrid, benar saja dia sudah lama tinggal di pondok ini,dia menceritakan semua tentang ke’adaan ustadz farridz padaku, ternyata perjodohan itu adalah keinginan almarhum romo sepuh yaitu abah dari ustadz farrid,sebelum beliau wafat ia berpesan bahwa ia ingin sekali mempunyai menantu yang faham akan agama,sholikhah dan hafidzoh,aku sadar bahwa tak ada satupun kriteria yang diinginkan oleh oleh romo sepuh dalam diriku. Mbak latifahpun mengetahui bahwa ustadz farrid sangat mencintaiku dan begituu pula denganku.

Mbak latifah memberikanku sebuah buku dan surat dari ustadz farrid.buku tersebut berjudul “keikhlasan dalam qolbu zainab” terlintas dalam anganku. Bahwa aku akan kehilanganmu untuk selama-lamanya tapi aku hanyalah manusia biasa yang tak sempurna dan tak kuasa untuk menahan air mata,tapi aku percaya akan kuasa allah dan jodoh, kalau aku berjodoh dengannya pastilah aku akan bersamanya meski aku tak tahu kapan peristiwa itu tiba.

Di kesunyian malam itu ku buka selembaran kertas berwarna putih yang sudah ternodai tinta hitam yang tertulis kan:

Cahayaku yahabibibah fi qolbi,,,,,,

Air mata hati
Tak sanggup hati ini merenungi kenyataan
berlipur lara ku rasa dalam dada
menyulami hati dan jiwa dalam busana
erat ku rasa bila mengingat cahaya
menuai mimpi yang tak pasti
berurai air mata bercucur darah hati
menghembuskan nafas pasrah pada illahi
ku sambut hari itu dengan menyebut nama allah
bersujud,tunduk di hadapa-Nya
meminta ridlo keikhlasan dari cahaya
ku tuaikan syair-syair dalam kertas yang hampa tanpa kata
cahaya fi qolbi ingatlah akan kuasa-Nya bahwa hanya dialah yang berhak mengatur dan membimbing langkah kita,aku serahkan jalan kehidupanku kepada-Nya dan aku hanya ingin mendapat ridho-Nya, cahaya fi qolbi jadilah dirimu sebagai wanita yang sholikhah dan wujudkanlah keinginanamu sebagai khafidzoh,bahagiakanlah kedua orang tuamu,sesungguhya surge itu ada di telapak kaki ibu.

Keikhlasan itu adalah bingkisan hadiah yang akan kau berikan padaku, jadilah permata yang mempunyai seribu cahaya agar kau selalu mejadi yang menerangi mereka.

Aku hanya ingin menjalankan amanah dari romo dan itupun hanya semata-mata ingin kudapatka ridho-Nya..aku percaya allah telah merencanakan hal yang terbaik buat kita berdua. Dan kelak saat dirimu sudah menikah jadilah istri yang selalu berbakti kepada suami.

Ana farrid.   
Dengan bercucur air mata ku renungi isi surat ini. Hari demi hari ku lalui tanpa sapa dan senyuman ustadz farrid karena aku fikir mulai saat ini aku harus melupakannya dan mengikhlaskannya untuk orang lain yang akan mengisi hari-harinya nanti.di setiap pengajian, maupun mengaji aku masih tetap duduk di depan ustadz yang mengajarkan baik itu ustadz farrid maupun ustad-ustadz yang lainnya, tapi aku tidak pernah melihat wajahnya karena aku takut kalau nantinya aku tidak dapat melupakannya. Setelah hari itu tiba hari dimana ustadz farrid memiliki kehidupan barunya bersama umi farikahah aku muali mencoba mengikhlaskan segala keadan ini, akupun menghadiri pesta pernikahan mereka berdua. Dalam hatiku aku menangis meronta-ronta tapi aku hanya bisa bersandiwara dan tetap trersenyum seolah-olah aku tak pernah mencintainnya air mata ini pun rasanya kering seolah-olah mendukung alur cerita seperti cerita yang sudah terscenario sebelumnya, tetapi selang beberapa hari, hari yang aku tunggu-tunggupun tiba hari diaman aku memakai baju toga bersama teman-teman kuliahku aku di nobatkan sebagai lulusan terbaik di fakultas dakwah, dan aku memutusakan untuk melanjutkan kuliah s2 ku di yaman. Pada hari itu juga aku dan kedua orang tuaku berpamitan pada ustad farrid dan umi farikhah dan meminta do’anya agar apa yang menjadi impianku selama ini dapat terwujud yaitu aku ingin menjadi seorang dosen fakultas dakwah terbaik di salah satu universitas islam yang ada  di Indonesia.    

Kini tiba saatnya aku pergi untuk menimba ilmu di negri orang dan melupakan peristiwa-demi peristiwa.Aku mempunayai beberapa keingina yang aku tulis dalam buku diaryku  diantaranya: aku harus lulus s2 sebagai lulusan terbaik,aku harus bisa menghafal alqur’an,dan pulang mendapatkan suami seperti ustadz farrid.

Setelah disana beberapa tahun kurang lebih aku menyelesaiakan s2 ku selama 3 tahun dan keinginanku untuk menghafal alqur’an alahamdulillah dapat aku selesaikan denagan baik dan lancer,tiba saat yang ku nantikan yaitu pulang ke Indonesia ternyata allah mendengarkan keinginan –keinginanku setelah bebeerapa minggu aku di indonesia aku langsung mendapatkan surat panggilan di salah satu universitas terbaik di Indonesia dan di angakt menjadi dosen di fakultas dakwah,ternyata apa yang aku tuliskan dan yang aku impi-impikan dapat terwujud tapi itu juga dengan kesungguhan hati dak tawakkalku kepada sang pencipta dan hal tersebut juga tak lepas dari dukungan-dukungan orang-orang yang ada di sekitarku terutamanya kedua orang tuaku.Dan hanya satu yang belum terwujud tapi akupun tidak berhenti berdo’a dan akupun tak pernah memaksakan keinginanku itu, aku percaya allah pasti akan memberikan yang terbaik untuk hambanya yang mau berusaha di jalannya, karena itu aku pasrah siapapun yang menjadi suamiku aku hanya ingin dia menjadi imam yang terbaik buat diriku dan anak-anakku kelak.

Meski aku sudah beberapa bulan di Indonesia tapi aku tak pernah mendengar kabar tentang ustadz farrid dan umi farikhah,hanya kabar terakhir yang aku dapat dari salah satu temanku, itu pun ketika aku masih menjadi mahasiswa di yaman kabar yang aku dapat terakhir bahwa umi farikhah sudah hamil tiga bulan, dan ustadz farrid juga terjun di salah satu parpol dan ia mendapatkan amanat untuk menjadi ketuanya.

Siang itu aku tidak di perkenanakan oleh kedua orang tuaku perg untuk mengajar karena aku akan ta’arufan dengan calon suami yang di pilihkan oleh ayahku, dia datang bersama kedua orang tuanya ia bernama Ha’izul fadlo’il,ia lulusan s2 dari mesir lulusan ilmu tafsir dan ia sekarang sudah menjadi dosen termuda dan terabaik di unufersitas terbaik di semarang, memang ia asli dari semarang dan ia pun cucu dari salah satu kiyahi kondang di malang, jadi aku memutuskan untuk menerimanya, dan tanggal pernikahan kamipun juga sudah di tentukan meskipun aku masih belajar dan berusah mencintainya sebab semenjak aku di tinggalkan oleh ustadz farrid aku masih belum dapat membuka hatiku untuk siapapun,tapi aku berusa memerangi hatiku sendiri, dan berusaha mencintai mas Ha’iz sebagai calon pendamping hidupku.

Setelah kami menikah awalnya aku memang belum begitu cinta dengan mas ha’iz, dan setelah kami menikah beberapa bulanpun aku masih berusaha mencintainya dan aku jujur tentang perasaanku sesungguhnya dengan mas ha’iz dan ia pun mengerti dengan keadaku dan dia berjanji akan terus berusaha agar aku mencintainya dengan sepenuh hati,  dia sabar menunggu kedatangan ungkapan cinta dari bibirku, ia pun sebaliknya bercerita tentang dirinya bahwa hanya dirikulah orang yang membuat hatinya tenang dan gembira dan iapun jujur dengan menyebut nama Allah bahwa hanya aku lah wanita pertama dalam hati dan jiwanya aku merasa sangat berdosa karena telah menghianatinya tapi dia selalu meneguhakan hatiku agar selalu berusaha untuk mencintainya dengan sepenuhhatiku. Alhamdulillah setelah hampir satu tahun aku bersamanya allah telah mengabulkan segala do’a-do’aku dan keikhlasan suamiku untuk selalu berusaha membuatku jatuh cinta di kabulkan-Nya, dengan rasa yang indah ini aku mengarungi hari-hariku dengan kebahagiaan karena mas ha’iz selalu pefrhatian,selalu sabar menghadapi sikapku dan selalu membuatku merasakan kesempurnaan dalam hidupku, kebahagiaan itu lengakap sudah saat dalam rumah yang di disains khusus oleh tangan mertuaku sendiri itu di penuhi dengan tangisan seorang bayi, rasanya aku telah sempurna menjadi seorang istri yang dapat membuat semua keluargaku bahagia khususnya suamiku tercinta, mulut ini tak pernah berhenti mengucapkan kalimat syukur kepdaa sang pencipta atas anugrah yang telah di berikannya kepada keluargaku.

Tapi allah juga memeberikan coba’an bagi keluarga kami di saat kami sedang hangat-hangatnya menimang anak dan anak kami masih dalam masa lucu-lucunya allah mengambilnya dari kehidupan kami, dia meninggal karena sakit demam tinggi yang tak kunjung turun, kami sangat sedih sekali dengan kepergiyanya tapi kami juga telah berserah diri pada-Nya atas segala qada’ dan qadarnya, tapi Allah pun tidak berhenti disitu untuk menguji ke imanan seorang hambanya berselang satu minggu dari kepergian anak kami suamiku tercinta mengalami kecelakaan saat ia melekukan perjalanan ke kantor, dan saat dalam perjalan menuju rumah sakit Allah telah memanggilnya, hati ini tak kuasa menahan rasa sedih sampai-sampai aku tidak sadarkan diri beberapaa kali, dalam hatiku aku meronta-ronta ingin protes pada sang pencipta.Tetapi untunglah masih ada keluargaku yang masih ada di sampingku dan keluarga mertuaku pun sangat merasakan betapa rasa sakitnya hatiku saat ini.   

Aku terus mencoba bangkit dari keterpurukan ini, tapi aku hanyalah manusia biasa yang tak bisa menahan dan terus menahan rasa sakit kehilangan, aku berulang kali merintih lirih pada sang khalik siang malam aku berdo’a untuk kelencaran perjalanan ke dua orang yang saangat aku sayangi. Dan keluargakupun memutusakan agar aku kembali pulang bersama mereka, karena mereka tak mau kalau aku masih terus-menerus memikirkan suamiku dan anakku dan masih terus-terusan dalam keterpurukan.
selan
rig beberapa bulan……………………….

Pagi itu aku mndapatkan buku yang berjudul ”mata itu milik illahi” tertulisakan nama sang pengirim farrid hidayat ponpes al-hidayah semarang. Aku bingung dengan nama pengirim dalam surat tersebut aku gak yakin kalau ini dari ustadz farrid, ia pun menyelempirkan surat untukku,
Untuk: nur laila soffaniyah.
Assalamu’alaiku wr.wb.

Mungkin kamu kaget dengan kedatangan surat ini, tapi aku harus mengirimkan surat ini dek laili.
Aku mengerti bagaimana keadaan hatimu saat ini, tapi aku tak mau membiarkan mu terus-terusan larut dalam kesedihan karena bagaimanapun juga aku sudah pernah merasakan bagaimana rasanya kehilangan orang yang pernah kita cintai, kalau boleh berbagi cerita aku ingin kamu mengetahui bagaimana keadaanku saat ini,

Setelah kepergianmu aku mengikhlaskan tentang alur jalan kehidupanku pada sang khaliq, aku berusah mencintai istriku yaitu farikah Alhamdulillah allah mengabulkan segala do’a-do’aku. Aku sedikit demi sedikit mulai mencintainya dan hari-hari yang ku lewati bersamanya terasa indah dan terasa penuh ridlo dari-Nya. Aku dan istriku di beri kesempatan untuk menimang seorang anak laki-laki tapi di saat kebahagiyaan itu tiba allah menguji keikhlasanku kembali, aku selalu berharap dan mulut ini enggan untuk berhenti memanjatkan do’a, keluaga kita semua berkumpul dengan mulut yang tak pernah berhenti untuk berdo’a pada-Nya.Tepat pukul 20.00 farikhah masuk ruang bersalin dan akupun dengan setia menemaninya dalam proses persalinan kami sangat bahagia sekali setelah kami mendengar jeriat tangis anak kami setelah di bersihkan akupun mengadzaninya tetapi setelah kumandang adzanku berhenti farikhah berdo’a dan setelah di ujung don’anya ia sempat berkata “  ya imamuka saya adalah wanita yang sangat beruntung sekali karena allah telah menganugrahiku seorang imam yang sangat bertanggung jawab dan beriman kepada-Nya do’akan aku mas,,,agar aku selalu di tuntun menuju cahaya istimewa-Nya” setelah itu farikhah menyium keningku dan  salam padaku dan dia mengucapkan takbir tiga kali setelah itu dia memejamkan mata seperti biasa ia tidur, tapi setelah aku memanggil-manggilnaya tak ada jawaban yang keluar dari ke dua bibir indahnya, dia telah meninggalkan aku dan bayi mungilku, aku mencoba tegar untuk menghapi cobaan ini dan sekarang sudah hampir satu tahun farikhah meninggal. Aku berniat untuk mencarikan seorang ibu untuk anakku sekaligus mencari sesosok wanita solikhah yang akan mengisi hari-hariku setelah farikhah, sebelumya aku minta maaf karena aku belum memionta izin kepadamu karena kemarin kedua orang tuaku sudah menghubungi kedua orang tuamu untuk meminta izin bersilaturrahim dengan keluargamu, tapi agar lebih baik aku meminta izinmu terlebih dahulu agar kedatanganku nanti tidak mengganggu ketenanganmu, kalau kamu mengizinkan besok lusa keluargaku akan berkunjung kerumahmu jikalau dirimu meengizinkan tolong hubungi keluargaku segera.
 
Sarang cahaya untukku
Kulihat sinar dari ujung batas paenglihatanku
Entah mengapa cahaya ini datang kembali
Rasa cinta terhadapo cahaya
Masih tumbuh dalam ladang hatiku
Entah dengan cahaya itu sendiri
Apakah setelah kumbang itu hilang dari sarang hatinya
Masihkah ada ruang untukku ber huni ?
Aku takut hati cahaya redup dan tak bisa mengapi lagi
Entah sampai kapan hati ini semampai di sanubari
Tapi hanyalah ada dua cahaya dalam hidupku
Yang tak akan pernah sirna untuk selamanya
Ku ingin cahayamu selalu menerangi hatiku
Menghantarkanku pada ridlo-Nya
Terima kasih ku ucapkan atas waktu luang yang diberikan untuk membaca surat dariku.
Wassalamu’alakum wr.wb.

arrid hidayat.

Setelah aku membaca semua isi surat itu aku hanya bisa diam termenung dan terpaku dalam balutan mukena, ku panjatkan do’a pada sang khaliq meminta petunjuk dari-Nya bagaimanakah baiknya alur cerita kehidupanku kelak bahwa, aku bukanlah seorang wanita yang mampu melewati parit dengan menyincing busanaku sendiri tanpa bantuan orang lain untuk membawakan barang yang aku tenteng, dan aku bukanlah wanita yang mudah memindahkan rasa cinta ini seperti aku memindahkan foto di hp satu ke hp yang lain.

Di suatu malam aku shalat istikhoroh untuk yang terakhir yaitu yang ke tujuh aku meminta petunjuk lewat mimpi yang sebelumnya juga terus aku lakukan tapi allah belum juga memberikan petunjuk kepadaku, tapi kali ini berbeda untuk yang terakhir ini aku di tunjukan allah melalui suatu mimpi dimana disitu aku bertemu  dengan suamiku(mas ha’iz) ia memberikan surban kepadaku dan surban itu sama seperti surban yang pernah di pakai oleh uztadz farrid pada saat aku masih nyantri di pondiknya, dan disitu pun aku di beri qur’an oleh seorang laki-laki yang tak aku kenal tetapi mas ha’iz berkata kalau itu  adalah anak kita dan ia pun tersenyemum manis kepadaku dan memanggilku umi, tiba-tiba aku langsung terbangun dari tidurku terdengarlah suara adzan subuh ditelingaku, dan aku baru menyadari bahwa tadi itu adalah sebuah mimpi dan mungkin itu petunjuk dari allah yang di tunjukan lewat mimpi kepadaku dan aku pun bergegas mengambil air wudlu dan segera shalat berjama’ah bersama-sama di masjid yang tidak jauh dari rumahku, setelah matahari menampakkan ke gagahanya aku langsung menceritakan semua mimpiku kepada ayah dan ibuku dan akupun langsung meminta ayhku untuk segera menghubungi keluarga ustadz farrid agar mereka segera silaturrahim dengan keluargaku dan pagi itu ayahku langsung meminta keluarga ustadz farrid datang untuk melakukan ta’arufan terhadapku, tidak lama kemudian berselang dua hari kemudian keluarga besar dari keluarga ustadz farrid pun datang  dan subkhanallah hati ini terasa tenang sekali saat aku melihat wajah ustadz farrid yang masih kelihatan muda itu dan tak tampak sedikitpun perubahan di wajah dan penampilannya dan entah mengapa jantung ini berdetak dengan kencang dan rasanya tak dapat aku sembunyikan lagi rasa cinta yang tumbuh secara tiba-tiba dan rasanya aku ingin cepat-cepat memilikinya, dan aku sangat bahagia saat ia melamrku di hadapan kedua orang tuaku dan kedua orang tuanya, dan dengan mengucap lafal basmallah kuteguhkan dan untuk meyakinkan bahwa dia adalah imam yang baik untukku dan akupun menerima lamarannya. Kedua keluarga kamipun sangat senang  mendengarkannya, dan kami langsung menentukan tanggal ijab qobul dan pesta yang sederhana yang kan kami laksanakan di pondok ustadz farrid.

Alhamdulillah hari itu telah tiba hari dimana kami menyatukan ikrar untuk melakukan sunnah illahi dan meminta ridlo dari-Nya kami pun bak ratu dan permaisurinya sampai  saat hari ijab qobulpun aku masih belum berani menatap matanya karena jantungku masih bergetar dengan cepat saat aku melihat wajahnya. Dan akhirnya rasa kehilangan yang pernah aku rasakan dan pahitnya ditinggal orang yang saya sayangi seolah-olah pergi jauh dan tak mau kembali,aku sangat senang sekali karena aku telah mempunyai keluarga seutuhnya mempunyai suami yang baik dan anak laki-laki yang ganteng sekali dan solikh dan keluarganyapun sangat menyayangiku terutama mas farrid dia selalu memanjakanku dalam balutan aroma islaminya,hidup ini terasa milik kita berdua,dan apa yang aku tuliskan dalam buku dearyku dulu ternyata semua itu dapat terwujud dan semuanya itu aku alami dan menjadi cerita dalam kehidupanku.
Alhamdulillah…………………………………………………………………………. 




















CINTA CEWEK DEPRESI
Cerpen Dina rochmatun
      
“HAI…… , kok duduk sendirian???” kata seorang cowok yang tiba-tiba sudah ada didepan Vaya

Vaya kaget. Dia menatap seorang yang menyapanya dengan ketakutan.
“ Jangan takut, aku cuman kepingin nanya tahu laboratorium nggak????” tanya cowok itu dengan tenang
       
Vaya kemudian menggeleng.
“Owh! Tidak tahu ya..????? eh ngomong-ngomong kamu lagi ngapain disini???” tanya seorang cowok itu lagi.
       
Sekali lagi Vaya menggeleng. Cowok itu menatapnya sambil tersenyum.
“kok diam saja???” tanya cowok itu heran, dia sekilas melihat Vaya yang sedang duduk dan memandang kearah depan dengan pandangan kosong.

Dia tidak tampak seperti orang sakit! Lalu mengapa dia kerumah sakit???? Bukankah rumah sakit itu tempat orang-orang yang sakit eaa???? Kata cowok itu dalam hati.
“ nunggu siapa?????” sekali lagi cowok itu bertanya. Tetapi Vaya hanya diam saja. Tidak memberi respon, akhirnya cowok itu capek sendiri. Cowok itu duduk di sampingnya.”Heeeeeeemmt!,…. PENYIAR RADIO SAJA!” kata cowok itu tanpa merasa kesal. “ngomong sama kamu kayak ngomong sendiri! Salah-salah aku yang diseret ke situ! dikira  GOKIEL!!!!!!!!!!!!

Cowok itu ketawa geli ktika dirasanya dia tertawa sndiri, karena Vaya diam saja, langsung saja tawanya berhenti. Di awasinya Vaya sambil menyeringi jenaka.
“ kamu gak bisa ngomong, gak bisa ketawa…?????????” kata cowok itu.
“ DIA BISU………..!!!!!!!” kata tante sarah yang tahu-tahu sudah berdiri tegak disamping Vaya, Vaya tidak tahu kalau tantenya sudah ada di sampingnya dari tadi.
“ Vaya, AYO KITA PULAAAAAAAANG…!” Vaya lalu beranjak dari tempat duduknya dan berjalan meninggalkan cowok itu.
“maaf, Tante!!!” cowok itu berlari mengejar Vaya dan menghadang dari depan Vaya. Vaya langsung memandang cowok itu dengan pandangan tidak mengerti, apa maksud cowok itu menghadangnya. Cowok itu membalas tatapan Vaya dan sesaat mereka berdua saling bertatapan.

Mengetahui hal itu tante sarah langsung mendehem” Ehhhheeeemmmtt!!!!!!!... maaf ya dek! Ada apa adek ini memanggil-manggil dan menghadang di depan?????? Katakan saja sebenarnya apa maksud adek!!!!”
“ Maaf tante!!!! Aku hanya ingin berkenalan dengan……………….” Cowok itu memandang Vaya.
“ Owhhhh! Namanya Vaya!” kata tante sarah sambil menghela nafas panjang. Dasar anak muda zaman sekarang.
“ Vaya tante?????????,” cowok itu langsung mengulurkan tangan kananya pada Vaya” Hai! Vaya,…… namaku DIYAN!!!!!!” kata cowok itu sambil tersenyum.

Vaya hanya memandang uluran tangan cowok ini, dia tidak membalas uluran tangannya.
“ Vaya….., Diyan ingin berteman dengan mu, ayo jabat tangan!!!!!!” ragu-ragu Vaya membalas jabatan tangan cowok itu.
“ senang berkenalan denganmu Vaya, mulai sekarang kita berteman yaaaa…!!!” pinta cowok itu.

Sejak kecil Vaya selalu sendiri, kesepian. Dia tidak mempunyai seorang teman. Maklumlah kondisi Vaya yang seperti ini, lagi pula mana ada yang betah berteman denganya. Tapiiiii…… yang satu ini benar-benar lain daripada yang lain. Sepertinya cowok ini benar- benar tulus ingin berteman dengan Vaya.
“ tante…….! Boleh kan saya bermain – main kerumahnya Vaya????????”
“ TENTU………” sahut tante Sarah setengah kaget.” Main-mainlah kalau nak Diyan sempat……!!!!” tante sarah lalu memberikan alamat rumahnya ke cowok itu.
   
Suatu hari cowok itu benar-benar ,main ke rumah Vaya, dia datang ke alamat rumah sesuai dengan alamat rumah yang diberikan tante Sarah.
“ Selamat sore , Tante. Vayanya ada?????. “ tante sarah terperagah kaget. Dia bener-bener  tidak menyangka kala cowok yang dulu pernah ia temui di rumah sakit, tiba-tiba sudah berdiri tegak di depanya sambil menggenggam seikat bunga mawar merah di tangan kananya.
       
Tetapi Diyan tampaknya tidak kecwA KETIKA Vaya muncul tidak menaruh perhatian pada seikat bunga itu. Soalnya Vaya juga bingung mau di apakan bunga itu………?????!!!!!”
“ Diyan membawakan Kamu bunga Vay,” kata tante arah.
“ lain kali ku bawakan kamu coklat Vay!!!!!!!...” kata Diyan sambil tersenyum. Sama ekali tidak kecewa melihat sambutan Vaya.” Vaya, kamu suka coklat…..?????”
       
Vaya Cuma mengangguk. Ke esokan harinya Diyan datang lagi kerumah Vaya, Diyan benar-benar membawakan setumpuk coklat untuk Vaya.
“ kamu suka yang ada kacangnya ya Vay….????? Kalau aku, lebih suka yang ada anggurnya ini. Mau coba……???????”
       
Dan mereka makan coklat dengan asyiknya seperti dua orang anak kecil. Tante sarah benar-benar merasa aneh, yang seperti ini belum pernah terjadi. Sudah 9 tahun Vaya dikucilkan teman-temanya, akhirnya sekarang Vaya mempunyai seorang teman juga……….. tetapi!, tman yang benar-benar di luar dugaan tante sarah.
       
Diyan dua tahun lebih tua daripada Vaya. Fisiknya normal, mentalnya juga normal, lagak-lagukmya seperti anak muda zaman sekaran, penampilanya pun demikian.
       
Mengapa seorang seperti Diyan mau saja berteman dengan seorang gadis seperti Vaya???? Dia pasti tidak kekurangan teman. Untuk apa dia mendekati Vaya????.... fikir tante sarah.
       
Tak terasa satu tahun sudah lamanya hubungan pertemanan Diyan dengan Vaya. Tante sarah heran. Hubungan yang disangkanya tidak berlangsung lama itu, ternyata cukup langgeng. Diyan semakin sering datang kerumah mereka.
       
Dan Vaya…..!!! ini yang membuat tante sarah cemas dan bercampur gembira. Dia mengalami banyak perubahan. Kalau dulu Vaya males mandi, tidak mau menyisir rambutnya kalau tidak didesak-desak tante sarah, sekarang dia malah mandi sebelum diuruh, sudah menyisir rambutnya, sebelum tante sarah sempat mengambil sisir. Dan dia mulai memilih-milih baju yang akan dipakainya kalau sedang menunggu kedatangan Diyan.
       
Meskipun dia masih tetap membisu, jelas ada hubungan yang lebih erat diantara mereka. Seperti hari ini, dengan caranya sendiri Vaya meminta tantenya untuk mendandaninya. Meskipun bingung, tante satrah tak urung merasa terharu.
       
Akhirnya Vaya memperoleh juga masa keremajaanya…….. benarkah Diyan orang yang dikirim Diyan untuk menolong Vaya dari kumparan DEPRESINYA?????... tentu saja tante sarah tidak mengetahui Diyanlah justru yang mendorong Vaya untuk berdandan.
“ kamu cantik sekali Vay…????” katanya suatu hari.” Gadis yang paling cantik , yang pernah qaku kenal.” Entah dia berbohong atau tidak, perasaan Vaya saat itu benar-benar senang.” Kenapa kamu gak mau memotong rambutmu sedikit Vay…?? Biar… lebih Modis, ….. model rambut mu KUNO!!!!!!! Dan wajahmu……….. mengapa selalu sepucat itu?????... tau nggak , kamu tampak lebih keren kalau bibirmu lebih merah sedikit, Mata mu lebih bersinar, pipimu lebih bercahaya……. Pendeknya LEBIH CANTIK, DEH!... lihat tante sarah mu,, sudah tua khan dia?? Tetapi tetap cantik! Tahu kenapa…??????? Karna dia merawat dirinya…… !!!! kamu juga bisa lebih cantik daripada tante sarahmu Vay!!!... lha.. kamu khan jauh lebih muda!!!!!,,,,, MASAK kamu kalah siiiiiiiiih sama Tante-tante…?????????”
       
Tentu saja Diyan mengatakanya sambil bergurau . tapi bagi Vaya sendiri, gurauan Dyan itu sungguh menggugah keinginanya untuk mengubah penampilan…. Kalau begitu yang di sukai DIYAN selama ini.
       
Vaya sendiri juga heran. Mengapa selama ini dia ingin menyenangkan hati DIYAN????? Rupanya di hati Vaya sudah mulai tumbuh benih-benih cinta. Setiap bertemu dengan Diyan , jantungnya selalu berdetak lebih kencang dari biasanya. Owhhh! Apakah ini yang namanya CINTA?????? Tanya Vaya dalam hati. Vaya benar-benar tidak dapat memahami dirinya.
       
Dan tibalah saat-saat yang ditunggu-tunggu Diyan untuk menyatakan cintanya ke Vaya. Saat itu Diyan mengajak Vaya untuk jalan-jalan di taman, awalnya tante sarah tidak mengizinkan . tapi keinginan Vaya yang kuat membuat Vaya kembali bisa berbicara dan…… mengatakan keinginan hatinya kepada tantenya.
“ Tante……., apa aku harus terus-teruan di kurung di rumah????? Apa aku nggak boleh pergi jalan-jalan melihat keindahan alam di sana tante…????” kata Vaya sambil menangis.
       
Mendengar Vaya dapat berbicara lagi Tante Sarah pun bahagia.” Vaya kamu bisa berbicara  LAGI???????... “ kata tant sarah.
“ iya, ……..Vaya kamu bisa berbicara lagi???!!!!!!!!!.” Diyanpun tersenyum bahagia.
“ ya sudah tante izinkan kamu pergi. Tapiiiiiiiiii……. Pesen tante hati-hati ya Vaya!!!!!!”

Vayapun menghapus air matanya” iya tante..!”
“ berangkat dulu tante..!!!!!!!” kata Diyan berpamitan.

Akhirnya datang juga keajaiban yang selama ini di tunggu-tunggu tante sarah sejak 9 tahun yang lalu. Vaya yang tidak bisa ngomong alias BISU! Sekarang dapat kembali berbicara dan NORMAL seperti anak-anak seusianya.

Bukan hanya tante Sarah yang berbahagia, Vayapun jauh lebih bahagia dari tantenya. Vaya kini sekarang bisa bersama orang yang ia cintai yaitu DIYAN, dan DIYAN pun juga merasakan hal yang sama.

…….selesai!!!!!!!!@#


















LAKI-LAKI SEJATI
Cerpen Putu Wijaya
Seorang perempuan muda bertanya kepada ibunya.
Ibu, lelaki sejati itu seperti apa?

Ibunya terkejut. Ia memandang takjub pada anak yang di luar pengamatannya sudah menjadi gadis jelita itu. Terpesona, karena waktu tak mau menunggu. Rasanya baru kemarin anak itu masih ngompol di sampingnya sehingga kasur berbau pesing. Tiba-tiba saja kini ia sudah menjadi perempuan yang punya banyak pertanyaan.

Sepasang matanya yang dulu sering belekan itu, sekarang bagai sorot lampu mobil pada malam gelap. Sinarnya begitu tajam. Sekelilingnya jadi ikut memantulkan cahaya. Namun jalan yang ada di depan hidungnya sendiri, yang sedang ia tempuh, nampak masih berkabut. Hidup memang sebuah rahasia besar yang tak hanya dialami dalam cerita di dalam pengalaman orang lain, karena harus ditempuh sendiri.

Kenapa kamu menanyakan itu, anakku?
Sebab aku ingin tahu.
Dan sesudah tahu?
Aku tak tahu.

Wajah gadis itu menjadi merah. Ibunya paham, karena ia pun pernah muda dan ingin menanyakan hal yang sama kepada ibunya, tetapi tidak berani. Waktu itu perasaan tidak pernah dibicarakan, apalagi yang menyangkut cinta. Kalaupun dicoba, jawaban yang muncul sering menyesatkan. Karena orang tua cenderung menyembunyikan rahasia kehidupan dari anak-anaknya yang dianggapnya belum cukup siap untuk mengalami. Kini segalanya sudah berubah. Anak-anak ingin tahu tak hanya yang harus mereka ketahui, tetapi semuanya. Termasuk yang dulu tabu. Mereka senang pada bahaya.
Setelah menarik napas, ibu itu mengusap kepala putrinya dan berbisik.

Jangan malu, anakku. Sebuah rahasia tak akan menguraikan dirinya, kalau kau sendiri tak penasaran untuk membukanya. Sebuah rahasia dimulai dengan rasa ingin tahu, meskipun sebenarnya kamu sudah tahu. Hanya karena kamu tidak pernah mengalami sendiri, pengetahuanmu hanya menjadi potret asing yang kamu baca dari buku. Banyak orang tua menyembunyikannya, karena pengetahuan yang tidak perlu akan membuat hidupmu berat dan mungkin sekali patah lalu berbelok sehingga kamu tidak akan pernah sampai ke tujuan. Tapi ibu tidak seperti itu. Ibu percaya zaman memberikan kamu kemampuan lain untuk menghadapi bahaya-bahaya yang juga sudah berbeda. Jadi ibu akan bercerita. Tetapi apa kamu siap menerima kebenaran walaupun itu tidak menyenangkan?
Maksud Ibu?
Lelaki sejati anakku, mungkin tidak seperti yang kamu bayangkan.
Kenapa tidak?

Sebab di dalam mimpi, kamu sudah dikacaukan oleh bermacam-macam harapan yang meluap dari berbagai kekecewaan terhadap laki-laki yang tak pernah memenuhi harapan perempuan. Di situ yang ada hanya perasaan keki.
Apakah itu salah?

Ibu tidak akan bicara tentang salah atau benar. Ibu hanya ingin kamu memisahkan antara perasaan dan pikiran. Antara harapan dan kenyataan.

Aku selalu memisahkan itu. Harapan adalah sesuatu yang kita inginkan terjadi yang seringkali bertentangan dengan apa yang kemudian ada di depan mata. Harapan menjadi ilusi, ia hanya bayang-bayang dari hati. Itu aku mengerti sekali. Tetapi apa salahnya bayang-bayang? Karena dengan bayang-bayang itulah kita tahu ada sinar matahari yang menyorot, sehingga berkat kegelapan, kita bisa melihat bagian-bagian yang diterangi cahaya, hal-hal yang nyata yang harus kita terima, meskipun itu bertentangan dengan harapan.
Ibunya tersenyum.
Jadi kamu masih ingat semua yang ibu katakan?
Kenapa tidak?
Berarti kamu sudah siap untuk melihat kenyataan?
Aku siap. Aku tak sabar lagi untuk mendengar. Tunjukkan padaku bagaimana laki-laki sejati itu.

Ibu memejamkan matanya. Ia seakan-akan mengumpulkan seluruh unsur yang berserakan di mana-mana, untuk membangun sebuah sosok yang jelas dan nyata.

Laki-laki yang sejati, anakku katanya kemudian, adalah… tetapi ia tak melanjutkan.
Adalah?
Adalah seorang laki-laki yang sejati.
Ah, Ibu jangan ngeledek begitu, aku serius, aku tak sabar.

Bagus, Ibu hanya berusaha agar kamu benar-benar mendengar setiap kata yang akan ibu sampaikan. Jadi perhatikan dengan sungguh-sungguh dan jangan memotong, karena laki-laki sejati tak bisa diucapkan hanya dengan satu kalimat. Laki-laki sejati anakku, lanjut ibu sambil memandang ke depan, seakan-akan ia melihat laki-laki sejati itu sedang melangkah di udara menghampiri penjelmaannya dalam kata-kata.
Laki-laki sejati adalah…
Laki-laki yang perkasa?!

Salah! Kan barusan Ibu bilang, jangan menyela! Laki-laki disebut laki-laki sejati, bukan hanya karena dia perkasa! Tembok beton juga perkasa, tetapi bukan laki-laki sejati hanya karena dia tidak tembus oleh peluru tidak goyah oleh gempa tidak tembus oleh garukan tsunami, tetapi dia harus lentur dan berjiwa. Tumbuh, berkembang bahkan berubah, seperti juga kamu.
O ya?

Bukan karena ampuh, bukan juga karena tampan laki-laki menjadi sejati. Seorang lelaki tidak menjadi laki-laki sejati hanya karena tubuhnya tahan banting, karena bentuknya indah dan proporsinya ideal. Seorang laki-laki tidak dengan sendirinya menjadi laki-laki sejati karena dia hebat, unggul, selalu menjadi pemenang, berani dan rela berkorban. Seorang laki-laki belum menjadi laki-laki sejati hanya karena dia kaya-raya, baik, bijaksana, pintar bicara, beriman, menarik, rajin sembahyang, ramah, tidak sombong, tidak suka memfitnah, rendah hati, penuh pengertian, berwibawa, jago bercinta, pintar mengalah, penuh dengan toleransi, selalu menghargai orang lain, punya kedudukan, tinggi pangkat atau punya karisma serta banyak akal. Seorang laki-laki tidak menjadi laki-laki sejati hanya karena dia berjasa, berguna, bermanfaat, jujur, lihai, pintar atau jenius. Seorang laki-laki meskipun dia seorang idola yang kamu kagumi, seorang pemimpin, seorang pahlawan, seorang perintis, pemberontak dan pembaru, bahkan seorang yang arif-bijaksana, tidak membuat dia otomatis menjadi laki-laki sejati!
Kalau begitu apa dong?

Seorang laki-laki sejati adalah seorang yang melihat yang pantas dilihat, mendengar yang pantas didengar, merasa yang pantas dirasa, berpikir yang pantas dipikir, membaca yang pantas dibaca, dan berbuat yang pantas dibuat, karena itu dia berpikir yang pantas dipikir, berkelakuan yang pantas dilakukan dan hidup yang sepantasnya dijadikan kehidupan.
Perempuan muda itu tercengang.
Hanya itu?
Seorang laki-laki sejati adalah seorang laki-laki yang satu kata dengan perbuatan!
Orang yang konsekuen?
Lebih dari itu!
Seorang yang bisa dipercaya?
Semuanya!
Perempuan muda itu terpesona.

Apa yang lebih dari yang satu kata dan perbuatan? Tulus dan semuanya? Ahhhhh! Perempuan muda itu memejamkan matanya, seakan-akan mencoba membayangkan seluruh sifat itu mengkristal menjadi sosok manusia dan kemudian memeluknya. Ia menikmati lamunannya sampai tak sanggup melanjutkan lagi ngomong. Dari mulutnya terdengar erangan kecil, kagum, memuja dan rindu. Ia mengalami orgasme batin.

Ahhhhhhh, gumannya terus seperti mendapat tusukan nikmat. Aku jatuh cinta kepadanya dalam penggambaran yang pertama. Aku ingin berjumpa dengan laki-laki seperti itu. Katakan di mana aku bisa menjumpai laki-laki sejati seperti itu, Ibu?

Ibu tidak menjawab. Dia hanya memandang anak gadisnya seperti kasihan. Perempuan muda itu jadi bertambah penasaran.
Di mana aku bisa berkenalan dengan dia?
Untuk apa?

Karena aku akan berkata terus-terang, bahwa aku mencintainya. Aku tidak akan malu-malu untuk menyatakan, aku ingin dia menjadi pacarku, mempelaiku, menjadi bapak dari anak-anakku, cucu-cucu Ibu. Biar dia menjadi teman hidupku, menjadi tongkatku kalau nanti aku sudah tua. Menjadi orang yang akan memijit kakiku kalau semutan, menjadi orang yang membesarkan hatiku kalau sedang remuk dan ciut. Membangunkan aku pagi-pagi kalau aku malas dan tak mampu lagi bergerak. Aku akan meminangnya untuk menjadi suamiku, ya aku tak akan ragu-ragu untuk merayunya menjadi menantu Ibu, penerus generasi kita, kenapa tidak, aku akan merebutnya, aku akan berjuang untuk memilikinya.
Dada perempuan muda itu turun naik.

Apa salahnya sekarang wanita memilih laki-laki untuk jadi suami, setelah selama berabad-abad kami perempuan hanya menjadi orang yang menunggu giliran dipilih?
Perempuan muda itu membuka matanya. Bola mata itu berkilat-kilat. Ia memegang tangan ibunya.
Katakan cepat Ibu, di mana aku bisa menjumpai laki-laki itu?
Bunda menarik nafas panjang. Gadis itu terkejut.
Kenapa Ibu menghela nafas sepanjang itu?
Karena kamu menanyakan sesuatu yang sudah tidak mungkin, sayang.
Apa? Tidak mungkin?
Ya.
Kenapa?
Karena laki-laki sejati seperti itu sudah tidak ada lagi di atas dunia.
Oh, perempuan muda itu terkejut.
Sudah tidak ada lagi?
Sudah habis.
Ya Tuhan, habis? Kenapa?
Laki-laki sejati seperti itu semuanya sudah amblas, sejak ayahmu meninggal dunia.
Perempuan muda itu menutup mulutnya yang terpekik karena kecewa.
Sudah amblas?

Ya. Sekarang yang ada hanya laki-laki yang tak bisa lagi dipegang mulutnya. Semuanya hanya pembual. Aktor-aktor kelas tiga. Cap tempe semua. Banyak laki-laki yang kuat, pintar, kaya, punya kekuasaan dan bisa berbuat apa saja, tapi semuanya tidak bisa dipercaya. Tidak ada lagi laki-laki sejati anakku. Mereka tukang kawin, tukang ngibul, semuanya bakul jamu, tidak mau mengurus anak, apalagi mencuci celana dalammu, mereka buas dan jadi macan kalau sudah dapat apa yang diinginkan. Kalau kamu sudah tua dan tidak rajin lagi meladeni, mereka tidak segan-segan menyiksa menggebuki kaum perempuan yang pernah menjadi ibunya. Tidak ada lagi laki-laki sejati lagi, anakku. Jadi kalau kamu masih merindukan laki-laki sejati, kamu akan menjadi perawan tua. Lebih baik hentikan mimpi yang tak berguna itu.
Gadis itu termenung. Mukanya nampak sangat murung.
Jadi tak ada harapan lagi, gumamnya dengan suara tercekik putus asa. Tak ada harapan lagi. Kalau begitu aku patah hati.
Patah hati?
Ya. Aku putus asa.
Kenapa mesti putus asa?
Karena apa gunanya lagi aku hidup, kalau tidak ada laki-laki sejati?
Ibunya kembali mengusap kepala anak perempuan itu, lalu tersenyum.

Kamu terlalu muda, terlalu banyak membaca buku dan duduk di belakang meja. Tutup buku itu sekarang dan berdiri dari kursi yang sudah memenjarakan kamu itu. Keluar, hirup udara segar, pandang lagit biru dan daun-daun hijau. Ada bunga bakung putih sedang mekar beramai-ramai di pagar, dunia tidak seburuk seperti yang kamu bayangkan di dalam kamarmu. Hidup tidak sekotor yang diceritakan oleh buku-buku dalam perpustakaanmu meskipun memang tidak seindah mimpi-mimpimu. Keluarlah anakku, cari seseorang di sana, lalu tegur dan bicara! Jangan ngumpet di sini!
Aku tidak ngumpet!
Jangan lari!
Siapa yang lari?
Mengurung diri itu lari atau ngumpet. Ayo keluar!
Keluar ke mana?
Ke jalan! Ibu menunjuk ke arah pintu yang terbuka. Bergaul dengan masyarakat banyak.
Gadis itu termangu.
Untuk apa? Dalam rumah kan lebih nyaman?
Kalau begitu kamu mau jadi kodok kuper!
Tapi aku kan banyak membaca? Aku hapal di luar kepala sajak-sajak Kahlil Gibran!

Tidak cukup! Kamu harus pasang omong dengan mereka, berdialog akan membuat hatimu terbuka, matamu melihat lebih banyak dan mengerti pada kelebihan-kelebihan orang lain.
Perempuan muda itu menggeleng.
Tidak ada gunanya, karena mereka bukan laki-laki sejati.
Makanya keluar. Keluar sekarang juga!
Keluar?
Ya.

Perempuan muda itu tercengang, suara ibunya menjadi keras dan memerintah. Ia terpaksa meletakkan buku, membuka earphone yang sejak tadi menyemprotkan musik R & B ke dalam kedua telinganya, lalu keluar kamar.

Matahari sore terhalang oleh awan tipis yang berasal dari polusi udara. Tetapi itu justru menolong matahari tropis yang garang itu untuk menjadi bola api yang indah. Dalam bulatan yang hampir sempurna, merahnya menyala namun lembut menggelincir ke kaki langit. Silhuet seekor burung elang nampak jauh tinggi melayang-layang mengincer sasaran. Wajah perempuan muda itu tetap kosong.
Aku tidak memerlukan matahari, aku memerlukan seorang laki-laki sejati, bisiknya.
Makanya keluar dari rumah dan lihat ke jalanan!
Untuk apa?

Banyak laki-laki di jalanan. Tangkap salah satu. Ambil yang mana saja, sembarangan dengan mata terpejam juga tidak apa-apa. Tak peduli siapa namanya, bagaimana tampangnya, apa pendidikannya, bagaimana otaknya dan tak peduli seperti apa perasaannya. Gaet sembarang laki-laki yang mana saja yang tergapai oleh tanganmu dan jadikan ia teman hidupmu!

Perempuan muda itu tecengang. Hampir saja ia mau memprotes. Tapi ibunya keburu memotong. Asal, lanjut ibunya dengan suara lirih namun tegas, asal, ini yang terpenting anakku, asal dia benar-benar mencintaimu dan kamu sendiri juga sungguh-sungguh mencintainya. Karena cinta, anakku, karena cinta dapat mengubah segala-galanya.
Perempuan muda itu tercengang.

Dan lebih dari itu, lanjut ibu sebelum anaknya sempat membantah, lebih dari itu anakku, katanya dengan suara yang lebih lembut lagi namun semakin tegas, karena seorang perempuan, anakku, siapa pun dia, dari mana pun dia, bagaimana pun dia, setiap perempuan, setiap perempuan anakku, dapat membuat seorang lelaki, siapa pun dia, bagaimana pun dia, apa pun pekerjaannya bahkan bagaimana pun kalibernya, seorang perempuan dapat membuat setiap lelaki menjadi seorang laki-laki yang sejati! ***

Denpasar, akhir 2004
PENGHIANATAN
Cerpen Nuri

Dila adalah pacar pertama sekaligus cinta pertamaku. Waktu itu aku kenal dia dari seorang temanku yang juga temannya Dila.Kita ketemuan terus dan sering smsan,tetapi waktu itu kita sama-sama belum saling ada perasaan.Hingga suatu hari Aku ngajak Dila ketemu lagi,dan Dila pun setuju. Pada suatu hari Aku telepon Dila,dan Aku mengatakan cintaku pada Dila,, bahwa aku menyayangi dan mencintai Dila. Dila kaget,bingung dan terdiam setelah Aku mengatakan cintaku padanya mungkin dia bingung harus men jawab apa. Tidak Aku sangka Dila mau menerima cintaku dan mau menerima aku sebagai kekasihnya. “ Ujar Ajang.”
“Ajang : Terimakasih Yaaa Dila...kamu sudah mau terima cintaku !!” tutur Ajang.
“Dila : iaaaa...sama-sama sayang !!” jawab Dila.

Kita menjalani cinta yang begitu indah tanpa ada masalah yang terlalu berat.
2 minggu kemudian..setelah sekolah kita mengambil hasil UAS disekolah dan liburan telah tiba...Sore itu sepulang dari sekolah aku di ajak jalan-jalan sama Dila,terus kita duduk-duduk di taman.
“say,,kan liburan telah tiba...besok aku mulai pulang kampung ke Bandung bersama kedua Orangtuaku,selama aku Liburan diBandung kamu jangan nakal ya,jangan aneh-aneh.” Kata Dila.
“iya, aku ngga bakalan aneh-aneh kok,aku tetap setia sama kamu,,,jaga diri kamu baik-baik ya..” jawabku.
“Sudah hampir 1minggu lebih Dila Liburan diBandung,tetapi entah kenapa aku merasa sikap Dila sama aku berubah,sikapnya enggak semanis dulu,dia juga jarang sms apalagi telepon,perhatiannya pun berubah seratus delapan puluh derajat.” Tutur Ajang.

http://3.bp.blogspot.com/-aZTErT0iX8A/T2of_u_Z6LI/AAAAAAAAAjg/DcXCTs00hto/s400/Cerpen+Cinta+Penghianatan.jpg
Cerpen Cinta Sedih – Penghianatan
Tapi aku selalu berusaha enggak mikir yang macam-macam. Lalu aku coba sms Dila.
“say , kok kamu berubah siih sama aku ?” Tanya Ajang.
“berubah giman sii?" jawab Dila.
"kamu enggak pernah sms aku .. kamu sudah nggak mau lagi yaa Sms aku lagi ?” Tanya Ajang.
"emang kenapa ?kenapa enggak kamu duluan yang sms aku,, keberatan ya sms aku duluan, kalau keberatan yaa sudah enggak perlu Sms,aku juga enggak butuh sms dari kamu!!!" Jawab Dila.

Betapa sakit hati ini waktu Dila berkata seperti itu. Lalu aku coba balas sms Dila.
“bukan nya gitu,tapi aku merasa akhir-akhir ini kamu berubah sama aku,knapa siihh? Aku punya salah sama kamu ?” Tanya Ajang.
“enggak kenapa-kenapa.” Jawabnya Dila.
“terus kenapa kamu berubah  sama aku. kenapa enggak pernah sms aku?” tanya Ajang.
"aku enggak akan sms atau telepon kamu... kalau kamu enggak yang sms aku duluan.” Jawab Dila.
“lho kenapa?” Tanya Ajang.
“enggak kenapa-kenapa. Sudahlah aku sedang sibuk..!!” Jawab Dila.

Itu sms terakhir yang Dila kirim buatku. Entah kenapa hati ini sakit sekali Dila bersikap seperti itu.Selama aku pacaran dengan Dila aku belum pernah mendapat sikap Dila yang setega ini sama Aku. Aku hanya bisa merasakan sakit yang amat dalam dan hanya bisa berharap semoga Dila bisa secepatnya berubah seperti dulu lagi.

Hampir 2 bulan Dila bersikap kasar dan cuek sama Aku,,Sampai suatu hari Bagas yang dulu mengenalkan Aku dan Dila datang ke rumah.
“Ajang gimana kabar lo?” tanya Bagas.
“Baik. Lo sendiri gimana? tumben amat lo kesini."
“Iya nih, gue ada kabar penting buat lo....”
“Kabar penting?apaan??” Tanya Ajang.
“ehmm, lo ngerasa engga kalau si Dila berubah sama lo?”
“Iya,sebenernya ada apa sih?gue bingung banget.Sakit hati gue dia giniin sama Dila..”
“Sebenernya....”
“Sebenernya kenapa Gas?lo bilang aja.Gue bisa terima kok!”
“Sebenernya Dila suka sama cowok lain Jang,,,namanya Indra. Dila bilang sama gue dia kenal waktu liburan diBandung.Dia juga bilang udah enggak ada rasa sama lo,,,dia jenuh sama loo..!! Tutur Bagas.
“Apa??!serius lo Gas? Ya Allah tega banget sih Dila sama gue Gas,apa salah gue sampai dia tega lakuin semua ini sama gue".Kontan aku enggak bisa nahan air mataku ini!!” ujar Ajang.
"Maafin gue Jang, gue enggak ada maksud buat bikin lo sedih,,sebenarnya udah lama gue mau bilang semua ini sama lo,,,tapi gue takut lo sakit hati. Gue tau hati lo hancur,tapi gue juga enggak mau lo dihianati sama Dila,,maafin gue Jang. Gue cuma mau yang terbaik buat lo..??” Tutur Bagas.
“Betapa hancur,perih hatiku  mendengar semua ini. Dila... apa salahku, apa dosaku sampai kamu tega lakuin semua ini.Aku yang selama ini selalu setia sama kamu kenapa kamu balas aku sesakit ini.Mana janji kamu Dil, janji untuk tetap setia?kenapa

kamu tega,kenapa?????” Tanya Ajang dalam hatinya dengan perasaan yang begitu hancur.

Rasanya aku sudah tidak punya semangat hidup lagi. Perasaanku hancur,semangatku hilang. Aku begitu tulus mencintai Dila,ternyata harus berakhir seperti ini.Setelah aku pikir-pikir akhirnya aku sms Dila. Rasanya aku sudah tidak sanggup lagi ketemu Dila.
“Dila,maafkan Ajang kalau selama ini Ajang tidak  bisa memberikan  yang terbaik buat Dila,maafkan Ajang  kalau Ajang enggak sempurna buat Dila,,,Ajang hanya manusia biasa. Kalau  dia lebih baik dari Ajang,,,Ajang ikhlas kok nglepasin Dila untuk orang lain. Semoga Dila bahagia yaa sama dia,,1 hal yang harus Dila tau, Ajang selalu sayang Dila...” Tutur Ajang.

2 minggu sudah aku putus sama Dila,namun bayang-bayang Dila masih tetap ada di hati dan fikiranku,,,Aku enggak bisa melupakan Dila.

Sore itu aku sedang belajar memainkan gitar di teras rumahku.Tiba-tiba...
“met sore Ajang..”
“belum sempat aku menjawab salam,,, aku sudah terkaget. Dila, kamu ngapain kesini?” Tanyaku sambil berusaha menyembunyikan amarahku.
“ Jang,aku perlu ngomong sama kamu. Aku nyesel udah nyakitin kamu,aku nyesel udah hianati cinta kita.Ternyata dia bukan lelaki yang baik,dia sudah punya cewek Jang. Aku  hanya dijadikan simpanan untuk dia. Maafin aku Jang,,,aku khilaf.” Kata Dila.
“Dila,tanpa kamu minta aku sudah maafkan kamu dari kemarin.” Tutur Ajang.
“Tapi aku pengen kaya dulu lagi Jang,aku mau kita pacaran lagi.”
“Apa? tega banget sih kamu Dil,kamu pikir aku apa, setelah kamu buang aku ,kamu seenaknya aja minta balikan,kamu pikir aku cuma buat pelarian?aku udah cukup sakit dengan perbuatan kamu.Tolong  jangan buat aku lebih sakit lagi. Sekarang lebih baik kamu pergi dari sini, pergi!!!” Kata Ajang.
“Tapi Jang,aku masih sayang kamu,kasih aku kesempatan sekali lagi please..aku janji aku enggak akan nyakitin kamu lagi.” Jawab Dila.
"Engga, pergi  kamu, pergiiiiii!!!!!" kataku sambil berlari masuk kerumah. “Dil,kamu tega setelah  kamu campakkan aku,kamu minta aku jadi pacar kamu lagi...segitu jelekkah aku sampai harus jadi tempat pelarian buat kamu...” Kata Ajang.
2 bulan kemudian..
Tittt tiiiitt..

sms from : Bagas
“Jang,lo bisa enggak kerumah Gue sekarang juga,,gue butuh bantuan lo nih ...”

Reply for : Ajang
“Ok,setengah jam lagi gue nyampe rumah loo !!”

Sampainya rumah Bagas...rumahnya Bagas Sepi. Aku mengucapkan salampun tak ada yang jawab. Akhirnya Aku memutuskan untuk menunggu Bagas,,mungkin Bagas sedang kedepan sebentar.

Sudah hampir satu jam aku menunggu Bagas. Tiba-tiba..
“Ajang...” aku spontan menoleh.... Dila??? Lalu aku bangkit untuk pergi,tapi Dila segera memegang tanganku.
“Please,kasih aku waktu untuk ngomong sebentar.” Pinta Dila.
“Jang ini terakhir kalinya aku ngomong sama kamu,aku masih sayang kamu,aku masih cinta kamu,,,aku  bener-bener nyesel udah hianati kamu,aku sadar,,,, dan aku tau aku udah enggak pantes jadi pacar kamu...tetapi yang penting kamu sudah tau apa yang aku rasakan sekarang... Jang sekarang aku harus pergi,aku janji enggak akan ganggu kamu lagi,,aku akan tetap menyimpan perasaanku ke kamu di hatiku. Maafin aku Jang,,,selamat tinggal Jang..” Kata Dila.

Aku terpaku diam.
 “Dila...” panggilku.

Lalu Dila menoleh,,
“ kenapa Jang ?” Tanya Dila.

Aku lalu berjalan mendekatinya. “aku masih sayang kamu Dil,sesakit apapun kamu nyakitin aku,itu enggak akan membuat perasaanku berakhir untukmu...aku enggak bisa lupain kamu.” kataku sambil memegang tangan Dila.
“kamu serius Jang?” Tanya Dila.
“aku enggak pernah main-main sama perasaanku ke kamu.” jawabku.

Lalu Dila memelukku. “Makasih Jang, aku janji aku enggak akan kecewain kamu lagi.” Kata Dila.




CINTAKU SAAT ITU (MASIH) SEUMUR JAGUNG

Cerpen Evita Mayangsari

Hari ini adalah hari terakhir Revita masuk sekolah. Setelah ini, Revita akan libur panjang. Tapi liburan kali ini Revita tidak bisa berlibur ke rumah nenek seperti liburan sekolah biasanya. Karena liburan ini Revita sangat sibuk untuk persiapan masuk ke SMP. Ia harus belajar giat bila ingin mendapatkan nilai yang bagus saat menghadapi TES masuk SMP. Hari-hari terakhir masuk sekolah Revita manfaatkan sebaik-baiknya sebelum berpisah dengan teman-teman SD nya. Ia puaskan bermain bersama teman-temannya. Karena hari terakhir sekolah, jadi tidak ada pelajaran. Revita dan kedua sahabatnya yang bernama Audrey dan Lenna berniat pergi membaca di perpustakaan. Saat tengah asyik membaca, tiba-tiba ada yang memanggil Revita dari luar. Ternyata Reyhan, teman sekelas Revita.
“Revita” panggil Reyhan dari kejauhan.
“Eh curut, ngapain panggil-panggil ?” Revita memanggil Reyhan dengan panggilan “curut” karena itu memang sudah sapaan akrab keduanya. Sedangkan Reyhan sendiri memanggil Revita dengan sapaan “hippo”.
“Nggak papa, tumben rajin ? biasanya kan kamu ke kantin dan ngehabisin semua makanan di kantin ?” ejek Reyhan.
“Eh, enak aja kamu ! jadi kamu manggil cuma buat ngejek aku ya ? hiiiihh !” omel Revita yang langsung mengejar Reyhan.

Revita dan Reyhan memang jarang sekali akur. Di kelas pun mereka sering sekali saling mengejek. Teman-teman mereka juga sudah sering mengingatkan Revita dan Reyhan supaya akur. Setelah kejar-kejaran dengan Reyhan, Revita merasa lelah. Cuaca siang ini juga sangat panas, sehingga membuat Revita haus. lalu ia bergegas pergi ke kantin untuk beli minum. Reyhan yang sangat usil sengaja mengikuti Revita dan langsung duduk di sebelah Revita.
“Eh Hippo ! kamu mau masuk SMP mana ?” tanya Reyhan pada Revita.
“Ehm, nggak tau ! kayaknya sih SMPN 3. Kalo kamu ?”
“Nggak tau, lihat DANEM dulu ! cukup ato enggak masuk SMP Negeri”
“Oh”
“Ehm Rev, mau tau nggak siapa cewek yang aku suka sekarang”
“Siapa emang ? pasti cewek yang kamu suka itu aneh, jelek, gila kaya kamu ?” ejek Revita sambil cekikikan.
“Iya, emang cewek yang aku suka aneh, jelek, dan gila”
“Hah ? dasar cowok aneh ! emangnya siapa sih cewek itu ?”
“Mau tau ?”
“Iya !”
“Oke, aku kasih tau !”

Reyhan langsung memutar botol yang dipegangnya. Ia taruh botol itu di meja dan langsung memutarnya. Secara sengaja, Reyhan memberhentikan botol itu ke hadapan Revita. Revita terkaget-kaget membelalak tidak percaya.
“Lho ? kok berhentinya menghadap ke aku ?”
“Eh, sory sory ! salah ! aku ulang aja deh kalo gitu”

Cintaku Saat itu (masih) Seumur Jagung - Cerpen Cinta Remaja

Diputarnya botol itu. Dan kedua kalinya botol itu ia berhentikan menghadap ke Revita. Sekali lagi Revita merasa kaget dengan sikap Reyhan.
“Lho curut ? kok ke aku lagi sih ? kamu ini aneh deh ?”
“Aku emang aneh, persis seperti orang yang aku suka ! dan sekarang orang aneh yang aku sukai itu ada di hadapanku” ucap Reyhan yang membuat Revita sangat terkejut.
“Jadi ?”
“Iya, cewek yang aku maksud itu kamu ! kamu cewek aneh bin gila yang udah berhasil bikin aku klepek-klepek” jawab Reyhan sambil tersenyum.
“Tapi, aku nggak mau ! aku belum mau pacaran Rey ! Kita harus belajar dengan giat buat persiapan masuk SMP kan ? maaf Rey”

Setelah mengucapkan kata-kata itu Revita langsung pergi meninggalkan Reyhan yang menganga mendengar perkataan Revita barusan. Revita meninggalkan Reyhan dengan perasaan serba salah, sebenarnya ia juga suka dengan Reyhan. Tapi Revita sangat tidak siap untuk mengalami masa-masa “pacaran”. Ia juga ingin serius untuk menghadapi TES masuk SMP. Di kelas, ia menceritakan kejadian tadi kepada kedua sahabatnya.
“Kamu darimana saja Rev ?” tanya Audrey.
“Dari kantin”
“Kok nggak ngajak kita ?” protes Lenna.
“Ehm, maaf ! tadi aku ditemani Reyhan”
“Ha? Reyhan ? tumben akur ? hayoo, ada apa kamu sama Reyhan ?”
“Tadi dia bilang ke aku kalo dia suka sama aku”
“Whaaaaat ?” jawab Audrey dan Lenna kaget hingga matanya membelalak.
“Kamu bercanda ya Rev?” tanya Lenna masih tidak percaya.
“Beneran kok !”
“Enggak, dia bohong !” tiba-tiba terdengar suara Reyhan yang datang.
“Dia bohong ! aku nggak pernah kok bilang suka sama dia !” bantah Reyhan.
“Kamu yang bohong !” bentak Revita.
“Reyhan ! jangan bentak-bentak gitu dong kalo sama cewek” sela Audrey membela sahabatnya itu.
“Habis, dia bohong !”
“Revita nggak mungkin bohong sama sahabatnya tau !” giliran Lenna yang memarahi Reyhan.
“Yasudah, terserah kalian !”
Mulai hari itu, Revita dan Reyhan bermusuhan. Hingga hari wisuda tiba pun mereka masih saling acuh tak acuh. Mereka tidak saling menyapa hingga acara selesai. Di rumah, Revita merasa sedih karena berpisah dengan teman dan sahabatnya di SD.

Tapi, ia merasa ada yang aneh. Revita merasa yang membuatnya sangat sedih bukanlah perpisahan dengan sahabat ataupun temannya ! justru yang membuatnya sedih adalah Reyhan. Revita berfikir, di SMP nanti pasti tidak akan ada Reyhan ke-2. Tidak ada Reyhan yang sering mengganggu dan mengejeknya lagi. Setelah lulus, ia lostcontact dengan Reyhan. Hari-hari berlalu, Revita sudah di terima di SMPN 3 yang sudah jadi SMP impiannya. Di sisa liburannya sebelum masuk SMP ia mempersiapkan segala keperluannya. Pagi ini, Revita berangkat ke mall dengan bundanya untuk membeli seragam, tas, dan sepatu baru. Saat tiba di bagian pembayaran, handphone Revita berbunyi. Ada telepon masuk yang nomornya tidak ia kenal. Dengan agak ragu, Revita mengangkat telepon itu. Terdengar suara lelaki yang sepertinya sudah ia kenal. Ternyata Reyhan ! Reyhan menelpon Revita dan mengajak Revita bertemu di taman dekat rumah Revita. Revita pun tidak menolak, karena ia juga berniat ingin minta maaf pada Reyhan.
“Eh curut, aku minta maaf soal yang waktu itu ya ? nggak usah di ambil hati”
“Minta maaf aja tetep manggil aku curut ! yaudahlah nggak papa. Aku juga mau minta maaf ke kamu. Waktu itu aku jengkel, makanya aku bantah omongan kamu. Trus, aku juga mau minta maaf sama kamu soalnya aku nggak bilang ke kamu kalo aku ganti nomer handphone. Aku ganti nomer biar kamu nggak sms aku lagi dan aku bisa ngelupain kamu” jelas Reyhan pada Revita
“Iya, nggak papa kok ! aku udah lupain masalah kita dulu. Kalo boleh jujur, sebenernya waktu itu aku juga suka sama kamu. Tapi, karena aku masih ragu yaa aku nggak terima kamu !”
“Oh, kalo gitu sekarang kamu mau terima aku ?” ucap Reyhan yang ternyata masih menyukai Revita.
“Nah loh ? masi mau kamu sama cewek aneh kaya aku ?”
“Gimana lagi, aku masih berharap banyak sama kamu”
“Ehm, gimana yaaa ? emang temen SMP kamu nggak ada yang lebih bagus daripada aku ya ?”
“Nggak ada”
“Yauda deh”
“Beneran ?”
“Iya, iyaa”
“Hahay, yaudah aku pulang dulu ya ?”
“Iya”

Setelah berhasil mendapatkan cinta Revita, Reyhan bergegas pulang dengan pipi yang memerah. Revita merasa senang, karena ini pertama kalinya ia merasakan cinta. Hubungan mereka sangat langgeng, jarang ada pertengkaran walaupun kadang Revita agak egois pada Reyhan. Selama hubungan berjalan, tidak pernah ada masalah yang menghadang. Sampai suatu saat, ada salah satu teman SD Revita dulu yang ternya suka pada Reyhan. Karena merasa orang yang di sayang di rebut oleh orang lain, Tiara (nama teman SD Revita) berusaha mengusik hubungan Revita dan Reyhan. Ia mengadu domba Revita dan Reyhan.
“Hay Revita” sapa Tiara sok akrab.
“Lho, Tiara ya ? tumben kamu main ke rumahku sore-sore begini?” jawab Revita.
“Iya, aku mau tanya nih Rev. Kamu sama Reyhan sudah jadian ya ?”
“Iya, kamu kok tau ?”
“Aku tau dari Audrey dan Lenna ! ehm, ngomong-ngomong uda jalan berapa lama ?”
“Alhamdulillah udah 2 minggu lebih 5 hari”
“Wah, cukup lama ya ? kamu nggak kepikiran kalo Reyhan selingkuh ? kalian kan beda sekolah ?”
“Ehm, aku nggak kepikiran sejauh itu”
“Padahal, aku kemarin liat Reyhan sama cewek lagi jalan di mall”
“Hah ? masa sih ? kamu tau darimana ?”
“Kemarin aku liat dengan mata kepalaku sendiri !”
“Aku nggak percaya !”
“Ih, dibilangin nggak percaya ! aku nggak mungkin bohong sama kamu”
“Beneran ?”
“Iyaaaa Revita !”

Mendengar cerita Tiara yang begitu meyakinkan, raut wajah Revita berubah menjadi lesu dan sedih. Tiara yang melihat wajah Revita begitu sedih sangat senang karena mengetahui akan ada yang mengalami putus cinta setelah ini. Saat itu juga, Revita marah-marah kepada Reyhan. Dan terjadilah pertengkaran hebat antara mereka. Revita benar-benar kecewa pada Reyhan. Tetapi, Reyhan terus berusaha menjelaskan semuanya pada Revita hingga Revita yakin semua cerita Tiara itu bohong. Karena Revita mulai mengerti, akhirnya mereka pun tidak jadi memutuskan hubungan sampai disini dan hubungan kembali lancar. Tau bahwa hubungan Reyhan dan Revita tidak jadi berakhir, Tiara merasa sebal. Ia mencoba mencari cara ke dua supaya  hubungan Revita dan Reyhan hancur ! betapa jahatnya Tiara.
“Revita !” panggil Tiara yang saat itu melihat Revita sedang membeli bunga.
“Kenapa Ra ?”
“Ehm, maaf ya soal yang Reyhan selingkuh ? ternyata aku salah lihat”
“Iya nggak papa kok Ra” jawab Revita dengan senyum. Ia merasa semua bukan salah Tiara karena wajar-wajar saja ia salah lihat orang.
“Tapi kali ini ada berita lagi soal Reyhan ! dia nyatain cinta ke aku !”
“Hah ? kamu nggak bohong ?”
“Iya, nih aku tunjukin SMS nya” Tiara menunjukan SMS dari teman sekolahnya yang di kontak handphonenya sengaja diberi nama Reyhan supaya Revita yakin. Karena mengira SMS itu sudah pasti, Revita tidak berfikir untuk mengecek nomernya. Ia merasa sangat terpukul, dan bergegas ke rumah Reyhan. Di rumah Reyhan, tanpa basa-basi ia langsung mengatakan kata “PUTUS”. Meskipun Reyhan sudah menjelaskan berkali-kali tapi Revita tetap tidak percaya. Ia merasa, Reyhan sudah sering menyakitinya dan lebih baik mengakhiri hubungan ini. Reyhan pun melepas Revita, hubungan mereka berakhir setelah 3 minggu lebih 2 hari. Saat itu juga, Tiara mengutarakan perasaannya pada Reyhan dan yakin akan diterima.
“Reyhan, jangan sedih ya ? aku mau kok kalo jadi pengganti Revita di hati kamu ?” pinta Tiara.
“Maaf, Ra ! aku nggak punya rasa apa-apa sama kamu” ditinggalnya Tiara dengan wajah yang sebal.

Sejak kejadian itu, Reyhan merasa sangat bersalah. Dan akhirnya datang ke rumah Revita.
“Rev, aku minta maaf ya ?”
“Iya, aku tau kok ternyata itu emang akal busuk Tiara”
“Dia lebay banget ya ?”
“Mungkin keseringan nonton sinetron, sampe aktingnya nipu aku kelihatan banget. Haha”
“Iya mungkin ya. Ehm, kamu nggak berminat balikan sama aku ?”
“Aduuh, maaf Rey ! aku udah nggak ada rasa kamu. Maaf banget ya ?”
“Yah, yaudah deh” jawab Reyhan dengan raut sedih.
“Kita tetep temenan kan ?”
“Iya dong”

Akhirnya, mereka tetap berteman. Revita menganggap hubungannya dengan Reyhan itu masih “seumur jagung” karena mereka sendiri memang masih remaja yang perasaannya masih sering tidak stabil. Tapi, dibalik hubungannya ini Revita mendapat hikmah bahwa “masih kecil, nggak boleh pacaran. Hahaha ..”. Ia dan Tiara pun sudah baikan dan berteman kembali.
“Ini toh yang namanya “CINTA”. Ehm, cinta itu lucu ya, suka banget bikin hati para remaja jadi gonjang-ganjing.. hobi pula bikin hati orang yang ngerasain cinta itu jadi lebay. Sampe ada yang nangis-nangis karena cinta ! ada pula yang gila karena cinta.. CINTA ITU NGGAK BANGET.. wkwk” ucapnya sambil tertawa sendiri.
CINTA ITU INDAH
Cerpen Rico Samuel

Semua manusia butuh cinta, terkadang banyak orang berkata cinta itu buta, bahkan cinta itu bisa mengubah segalanya. Contohnya saja : dari hal buruk menjadi baik, yang tadinya mandi sekali sehari jadi tiga kali sehari, yang tadinya gak suka lama-lama bercermin jadi betah bercermin itulah cinta. Cinta tidak bisa diprediksi kapan harus datang dan kapan harus pergi.

Suatu pagi ketika bel sekolah berbunyi bersamaan dengan suara burung berkicau mengharuskan romeo untuk bergegas masuk kedalam kelas. Romeo adalah seorang siswa yang tampan diskolahnya dan dia terkenal memiliki gaya yang trendy daripada siswa yang lainnya itu yang membuat dia berbeda dengan siswa-siswa pria disekolah itu. Dan ketika jam sekolah telah selesai, Romeo bertemu dengan seorang siswi pindahan baru disekolahnya yang bernama Juliet. Akhirnya merekapun berbincang-bincang :
Romeo   : “Juliet, kamu mau langsung pulang?”
Juliet  : “hmmm.. memang kenapa romeo?”
Romeo   : “gpp jul, aku hanya ingin ngobrol-ngobrol aja sama kamu.. heehehe..”
Juliet  : “oh ywd gpp.. ngobrol aja, aku juga sekalian lagi nunggu papa jemput (sambil tersenyum kepada romeo)”
Romeo   : “Eh jul, aku mau nanya nih sama kamu.. kalo menurut kamu rasa cinta itu datangnya sepertinya apa siih? Maklum aku belum pernah pacaran sebelumnya, hehehe (Tersipu mau)”
Juliet  : “kalo menurut aku cinta itu datang ketika kita merasa berdebar-debar jika disamping seseorang yang kita cintai.”
Romeo   : “ohhh gitu yah jul (Sambil mengangguk-ngangguk).”

Cinta Itu Indah

Tinn..tinn.. Suara mobil pun terdengar ketika romeo mengangguk-nganggukkan kepalanya, akhirnya julietpun pulang bersama ayahnya.
“Romeoo aku pulang dulu yahh.. besok kita lanjutin lagi ngobrolnya yah (Sambil tersenyum).”
“iaa Juliet .. hati-hati yah dijalan.. see u tomorrow.”

Romeo
pun pulang kerumahnya dengan hati yang berdebar-debar dan sambil berfikir akan perkataan Juliet yang tadi berkata “kalo cinta itu datang ketika kita merasa berdebar-debar jika disamping seseorang yang kita cintai.”
Apa aku saat ini sedang jatuh cinta sama Juliet? Ahh gak mungkin akukan baru mengenalnya.. tapi kenapa aku tadi berdebar-debar yah ketika disampingnya.. apalagi pas aku menatap matanya.. Ahh Lupakan sajaa!!! Itu kan menurut dia dan itu belum tentu benar, memang saja aku berdebar-debar karena lagi gerogi aja berbicara dengannya tadi.
Sam    : “Woii romeo, ngelamun aja luuu! Lagi mikirin apa siih temen gw yang satu ini??”
Romeo  : “ehh lo bro.. gpp nih, gw lagi bingung aja?”
Sam    : “Bingung kenapa siih? Cerita dong!!”
Romeo  : “iaa gw bingung.. kenapa seorang Romeo seperti gw ini bisa berdebar-debar cuma karena ngobrol sama seorang cewek anak baru dan yang pastinya baru gw kenal dihari itu juga, apa gw jatuh cinta sama dia?”
Sam    : “Maybe yes maybe  no.”
Romeo  : “ahhh lu mah bukan kasih solusi malah bikin gw bimbang, jadi galau nih gw.”
Sam    : “udaah kalo emang suka ngomong aj.. jangan dipikir-pikir.. lama-lama beruban nanti rambut lu gara-gara kebanyakan mikir. Dan menurut gw cinta itu gak mesti harus udah mengenal lama dan harus pedekate lama-lama.. cintakan datangnya dari hati.. ya gak ya gak? (Sambil mengangkat alis ke romeo) itu namanya lu jatuuh cinta pada pandangan pertama .”
Romeo  : “Apa gw harus katakana cinta sama dia besok? Tapi apa gak kecepetan tuh? Gw kan baru ngenal dia satu hari.. gua takut dia nolak gw. Gimana nih bro solusinya? Galau nih gw.”
Sam    : “ ywd tunggu apalagi kalo lu emang yakin suka sama dia ngomong aja.. gak usah nunggu-nunggu, yang ada direbut orang nanti.. nanti lu tambah galau lagi (hahaha sambil tertawa) dan kalo luu takut ditolak mending luu gak usah jatuh cinta.. cinta  itu butuh keberanian sob.. kebranian untuk berkata dan kebranian untuk mengambil segala resiko buruk yang akan terjadi.. that`s cinta.. you know? Dan apalagi mula lu keren kaya duren dipinggir jalan yang banyak dicari orang.. hahahaha”
Romeo  : “hahaha.. kurang ajar lu muka gw disamain kaya duren.. gw suka banget sama statement lu yang bilang cinta itu butuh kebranian untuk berbicara. Besok gw akan bilang ke Juliet bahwa gw suka sama dia sejak pertama kali bertemu sama dia kemarin. Masalah diterima atau gaknya itu urusan belakangan yang penting gw udah menyatakan perasaan yang ada dihati gw saat ini. Gua harus berani berkata jika gua berani jatuh cinta.”
Sam    : “RETWEET, LIKE THIS. GOOD LUCK MY FRIEND! SEMANGAT!”

Hari pun berganti dan detak jantung romeo pun semakin kencang.. seperti bedug yang sedang berbunyi.
“Juliiet…. Aku mau ngomong sesuatu sama kamu”
“Ngomong apa romeo?”
“Akuu.. aku.. (gugup)
“Aku apa romeo? Ngomong yang bener dong.”
“Akuu su uka saa ama kaa muu (Sambil menunduk)”
“Yang bener kita kan baru kenal?”
“Iaa.. aku juga gak tau kenapa, kenapa aku bisa suka sama kamu padahal kita baru saja kenal kemarin…”
“Mau jawabannya sekarang ? (Sambil tersenyum ke romeo)”
“iyaa.. mau gak kamu jadi seseorang yang special dihidupku Juliet?”
“iaa aku mau ☺.. aku juga suka sama kamu sejak pertama kali kita bertemu kemarin(Tersipu malu)”
“YESSSS… HOREE.. Makasih Tuhan buat Juliet yang telah Kau berikan kepadaku.. sambil memeluk Juliet.”

Guyz cinta itu kadang membuat seseorang menjadi galau.. gak mandang siapa dan bagaimana parasnya.. contohnya saja Romeo pria terkeren disekolahnya bisa galau hanya karena cinta.
Jangan pernah memendam perasaan cinta kalian jika kalian ingin menemukan arti cinta sesungguhnya. Kapan kalian bisa tahu bahwa orang yang kalian sukai juka mencintai kalian atau tidak jika kalian tidak pernah berbicara kepadanya.
Cinta itu Indah jika kedua insan saling mecintai dengan ketulusan hati
Cinta itu Indah jika ada seorang wanita yang bisa menjadi support bagi seorang prianya
Cinta itu Indah jika ada seorang pria yang bisa menjadi imam yang baik bagi wanitanya
Cinta itu Indah jika kita bisa saling MELENGKAPI

==TAMAT==